PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA
PADA MATERI PENYESUAIAN MAKHLUK HIDUP DENGAN
LINGKUNGANNYA MENGGUNAKAN MODEL MAKE A MATCH
DI KELAS V SDN PUTAT BASIUN KABUPATEN BALANGAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) bahwa Kriteria ketuntasan
minimal ditetapkan oleh satuan pendidikan berdasarkan hasil musyawarah guru
mata pelajaran di satuan pendidikan atau beberapa satuan pendidikan yang
memiliki karakteristik yang hampir sama. Penetapan kriteria minimal ketuntasan
belajar merupakan tahapan awal pelaksanaan penilaian hasil belajar sebagai
bagian dari langkah pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Kurikulum
berbasis kompetensi yang menggunakan acuan kriteria dalam penilaian,
mengharuskan pendidik dan satuan pendidikan menetapkan kriteria minimal yang
menjadi tolak ukur pencapaian kompetensi. Kriteria ketuntasan minimal menjadi
acuan bersama pendidik, peserta didik, dan orang tua peserta didik. Berdasarkan
peraturan tersebut, maka guru mengharapkan siswa memperoleh hasil belajar yang memenuhi Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) yang telah ditetapkan oleh guru yaitu 75% siswa mendapat nilai
≥70 pada mata pelajaran IPA tentang Penyesuaian Makhluk Hidup dengan
Lingkungannya.
Kenyataan yang dihadapi di kelas V SDN Putat
Basiun pada mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam tentang Penyesuaian Makhluk Hidup dengan Lingkungannya masih
rendah. Berdasarkan ulangan harian materi penyesuaian makhluk hidup dengan
lingkungannya diketahui hanya 50% siswa kelas V SDN Putat Basiun mencapai ketuntasan belajar. Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah ini pada mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam adalah 75% siswa mendapat nilai > 70.
Rendahnya hasil belajar ini disebabkan karena guru tidak
menggunakan media yang tepat dalam pembelajaran IPA pada penyesuaian makhluk
hidup dengan lingkungannya, guru masih menggunakan strategi yang lama dan tidak
menggunakan model pembelajaran yang tepat.
Masalah tersebut di atas perlu segera diatasi karena
selain berakibat pada hasil belajar siswa yang masih dibawah standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam memiliki
peran sentral dalam perkembangan
intelektual sosial,
emosional peserta didik, dan
merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari bidang studi lainnya. Oleh
karena itu guru hendaknya menerapkan pembelajaran yang mampu merubah
perkembangan dan potensi siswa secara optimal.
Model pembelajaran Make a Match merupakan model pembelajaran yang dikembangkan oleh
Lorna Curran (1994). Model pembelajaran Make a Match adalah permainan mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep
atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Strategi ini menciptakan suasana
bermain sehingga diharapkan dapat mengatasi rasa bosan pada siswa dan dapat
menimbulkan suasana yang menyenangkan hingga tumbuh gairah belajar dan
meningkatkan hasil belajar siswa,
khususnya pada materi Penyesuaian Makhluk Hidup dengan Lingkungannya.
Sumarni (2011) mengemukakan bahwa, pembelajaran adalah sesuatu yang
dilakukan oleh siswa, bukan dibuat oleh siswa. Pembelajaran pada hakekatnya
adalah suatu proses interaksi antara anak dengan lingkungannnya baik antar anak
dengan anak, anak dengan sumber belajar, maupun anak dengan pendidik. Oleh
karena itu perlu
diupayakan model pembelajaran dan media yang tepat yaitu dengan menggunakan
model pembelajaran Make a Match.
Dilihat dari permasalahan yang dihadapi oleh siswa kelas V SDN Putat Basiun
Kabupaten Balangan tersebut, maka pemecahan masalah yang dapat meningkatkan
hasil belajar siswa ini menurut penulis adalah menggunakan model pembelajaran Make
a Match. Dengan demikian, penulis berkeinginan untuk melaksanakan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan mengangkat judul permasalahan yaitu” Peningkatan
Hasil Belajar Siswa pada Materi Penyesuaian Makhluk Hidup dengan Lingkungannya
Menggunakan Model Make a Match di Kelas V SDN Putat Basiun Kabupaten Balangan“
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian tindakan
kelas ini adalah sebagai berikut.
1.
Bagaimanakah aktivitas guru dalam melaksanakan pembelajaran Penyesuaian
Makhluk Hidup Dengan Lingkungannya menggunakan model Make a Match siswa
kelas V SDN Putat Basiun Kabupaten Balangan?
2.
Bagaimanakah aktivitas belajar siswa dalam melaksanakan Pembelajaran
Penyesuaian Makhluk Hidup Dengan Lingkungannya menggunakan model Make a
Match siswa kelas V SDN Putat Basiun Kabupaten Balangan?
3.
Apakah terjadi peningkatan hasil belajar siswa dalam melaksanakan
pembelajaran Penyesuaian Makhluk Hidup Dengan Lingkungannya menggunakan model Make
a Match siswa kelas V SDN Putat Basiun Kabupaten Balangan?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian tersebut adalah:
1.
untuk mendeskripsikan aktivitas guru dalam melaksanakan Pembelajaran
Penyesuaian Makhluk Hidup Dengan Lingkungannya menggunakan model Make a
Match siswa kelas V SDN Putat
Basiun Kabupaten Balangan,
2.
untuk mendeskripsikan aktivitas belajar siswa dalam melaksanakan
pembelajaran Penyesuaian Makhluk Hidup Dengan Lingkungannya menggunakan model Make
a Match siswa kelas V SDN Putat Basiun Kabupaten Balangan,
3.
untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam melaksanakan pembelajaran Penyesuaian
Makhluk Hidup Dengan Lingkungannya menggunakan model Make a Match siswa kelas V SDN Putat Basiun Kabupaten Balangan.
D. Rencana Pemecahan Masalah
Rencana pemecahan masalah untuk menyelesaikan masalah di atas adalah dengan
menggunakan model pembelajaran Make a Match dapat meningkatkan hasil
belajar siswa. Teknik ini dianggap relevan karena mudah dikerjakan dan mudah
dipahami oleh siswa, serta siswa lebih menyukai dan menyenangi kegiatan belajar
ini.
Rencana pemecahan masalah pembelajaran dengan model pembelajaran Make a
Match terangkum dalam
langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran seperti berikut.
1. Menyusun rencana/skenario pelaksanaan tindakan kelas
tahap I.
2.
Melaksanakan
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Make a Match.
3. Mengumpulkan data pelaksanaan pembelajaran, baik data
hasil belajar siswa maupun data observasi pelaksanaan dengan menggunakan model
pembelajaran Make a Match.
4.
Mengumpulkan data pelaksanaan pembelajaran,
baik data hasil belajar siswa maupun data observasi pelaksanaan model Make a Match.
5.
Menyimpulkan hasil pelaksanaan.
6.
Melaksanakan tindakan tahap kedua berdasarkan
refleksi dari pelaksanaan tindakan tahap pertama.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian tersebut adalah:
1.
bagi guru dapat kesempatan untuk berperan aktif dalam mengembangkan
pengetahuan dan kinerja secara professional. Hasil penelitian ini diharapakan
dapat memperbaiki proses pembelajaran yang mampu menambah wawasan dan dapat
dijadikan bahan kajian materi dalam mengefektifkan dan mengaktifkan kegiatan
belajar mengajar di kelas.
2.
bagi siswa hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam
meningkatkan hasil belajar pada materi Penyesuaian Makhluk Hidup Dengan
Lingkungannya, sehingga memupuk dan meningkatkan keterlibatan, kegairahan,
ketetarikan, kenyaman, kesenangan dalam diri siswa untuk mengikuti proses
pembelajaran di kelas.
3.
bagi sekolah diharapkan hasil penelitian ini menjadi sumbangan pemikiran
dan bahan bacaan untuk meningkatkan mutu pendidikan sekolah.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1.
Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami
dua kata yang membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil (product)
menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktifitas atau proses
yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional (Purwanto, 2011: online).
Pendapat serupa dikemukakan oleh Jenkins dan Unwin (Uno, 2011: online)
yang mengatakan bahwa hasil
belajar adalah pernyataan yang menunjukkan tentang apa yang mungkin dikerjakan
siswa sebagai hasil dari kegiatan belajarnya. Jadi hasil belajar merupakan
pengalaman-pengalaman belajar yang diperoleh siswa dalam bentuk
kemampuan-kemampuan tertentu.
Senada dengan teori di atas, Winkel (dalam Anneahira, 2011: online) menjelaskan definisi hasil belajar
secara umum, bahwa hasil belajar merupakan salah satu bukti yang menunjukkan
kemampuan atau keberhasilan seseorang yang melakukan proses belajar sesuai
dengan bobot atau nilai yang diperolehnya.
Hasil belajar merupakan tujuan
akhir dilaksanakannya kegiatan pembelajaran di sekolah. Hasil belajar dapat
ditingkatkan melalui usaha sadar yang dilakukan secara sistematis mengarah
kepada perubahan yang positif yang kemudian disebut dengan proses belajar. Akhir dari proses belajar adalah perolehan
suatu hasil belajar siswa yang terkumpul dalam himpunan hasil belajar kelas.
Semua hasil belajar tersebut merupakan hasil dari suatu interaksi tindak
belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar di akhiri dengan
proses evaluasi hasil belajar, sedangkan dari sisi siswa, hasil belajar merupakan
berakhirnya pada puncak proses belajar (Dimyati dan Mudjiono, 2009: 3).
Berdasarkan konsepsi di atas, pengertian hasil belajar
dapat disimpulkan sebagai perubahan perilaku secara positif serta kemampuan
yang dimiliki siswa dari suatu interaksi tindak belajar dan mengajar yang
berupa hasil belajar intelektual, strategi kognitif, sikap dan nilai, inovasi
verbal, dan hasil belajar motorik. Perubahan tersebut dapat diartikan
terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan
sebelumnya.
Jadi hasil belajar pada hakekatnya yaitu berubahnya
perilaku peserta didik meliputi kognitif, afektif, serta psikomotoriknya.
Sehingga setiap pendidik mengharapkan agar hasil belajar peserta didiknya itu
meningkat setelah melakukan proses pembelajaran.
2.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa SD
Menurut Slameto (2010: 54) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak
jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor
intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang berasal dari dalam
diri individu yang sedang belajar. Ada tiga faktor yang menjadi faktor intern
yaitu:
a.
Faktor jasmaniah
Faktor-faktor yang tergolong dalam faktor jasmaniah yang dapat mempengaruhi
belajar adalah faktor kesehatan dan cacat tubuh.
b.
Faktor psikologis
Sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang tergolong ke dalam faktor
psikologis yang mempengaruhi belajar, faktor-faktor ini adalah intelegensi,
perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan.
c.
Faktor kelelahan
Faktor kelelahan ditinjau dari dua aspek yaitu kelelahan
jasmani dan kelelahan rohani. Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah
lunglainya tubuh dan dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga
minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang.
Faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor intern yang
berpengaruh terhadap belajar menurut Slameto (2010: 60) dikelompokan
menjadi 3 faktor yaitu faktor
keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.
a.
Faktor keluarga
Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa cara
orangtua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan
keadaan ekonomi keluarga.
b.
Faktor sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar mencakup metode mengajar,
kurikulum, relasi guru dengan guru, relasi siswa dengan siswa, disiplin
sekolah, pengajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung,
metode belajar, dan tugas rumah.
c.
Faktor masyarakat
Faktor masyarakat yang mempengaruhi belajar yaitu berupa kegiatan siswa
dalam masyarakat, mass media, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat.
Sejalan dengan
pendapat tersebut, menurut Usman dan Setiawati (2000: 9) faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi
dua yaitu faktor intern dan ekstern. Kedua faktor tersebut saling mempengaruhi
dalam proses belajar individu sehingga menentukan kualitas hasil belajar. Prestasi belajar yang dicapai siswa pada hakikatnya merupakan hasil
interaksi antara berbagai faktor.
a.
Faktor internal
Faktor internal adalah faktor-faktor
yang berasal dari dalam diri individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar
individu. Di dalam faktor intern terdapat dua faktor yaitu faktor jasmaniah dan
faktor psikologis.
1)
Faktor jasmaniah.
Faktor jasmaniah dipengaruhi oleh faktor kesehatan dan cacat tubuh.
a)
Kesehatan
Agar seseorang
dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap
terjamin dengan cara selalu mengindahkan ketentuan-ketentuan pola hidup sehat.
b)
Cacat tubuh
Keadaan cacat
tubuh juga mempengaruhi cara dan hasil belajar. Jika hal ini terjadi hendaknya
peserta didik itu diberi perhatian secara khusus oleh orang tua maupun guru.
Peserta didik yang demikian bisa juga
disekolahkan pada lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu
agar dapat menghindari atau mengurangi pengaruh kecacatannya itu.
2)
Faktor Psikologis
Sekurang-kurangnya
ada tujuh faktor yang tergolong ke dalam faktor psikologis yang mempengaruhi
belajar. Faktor-faktor itu adalah intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif,
kematangan, dan kesiapan.
a)
Intelegensi
Menurut J. P.
Chaplin, intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu
kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan
cepat dan efektif, mengetahui/menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara
efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.
b)
Perhatian
Perhatian
menurut Gazali adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itupun semata-mata
tertuju kepada suatu obyek (benda/hal) atau sekumpulan obyek. Untuk dapat
menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap
bahan yang dipelajarinya, jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa,
maka timbullah kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajar. Agar siswa dapat
belajar dengan baik, usahakanlah bahan pelajaran selalu menarik perhatian
dengan cara mengusahakan pelajaran itu sesuai dengan hobi atau bakatnya.
c)
Minat
Minat adalah
kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan.
Kegiatan yang diminati seseorang akan diperhatikan terus menerus yang disertai
dengan rasa senang. Jadi berbeda dengan perhatian, karena perhatian sifatnya
sementara (tidak dalam waktu yang lama) dan belum tentu diikuti dengan perasaan
senang, sedangkan minat selalu diikuti dengan perasaan senang dan memperoleh
kepuasan.
d)
Bakat
Bakat atau aptitude menurut Hillgard adalah
kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan
yang nyata sesudah belajar atau berlatih. Orang yang berbakat mengetik,
misalnya akan lebih cepat dapat mengetik dengan lancar dibandingkan dengan orang
lain yang kurang/tidak berbakat di bidang itu.
e)
Motif
Motif erat
sekali hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai. Di dalam menentukan tujuan
itu dapat disadari atau tidak, akan tetapi untuk mencapai tujuan itu perlu
berbuat, sedangkan yang menjadi penyebab berbuat adalah motif itu sendiri
sebagai daya penggerak/pendorong.
f)
Kematangan
Kematangan
adalah suatu tingkat atau fase dalam pertumbuhan seseorang, dimana alat-alat
tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Misalnya anak dengan
kakinya sudah siap untuk berjalan, tangan dengan jari-jarinya sudah siap untuk
menulis, dengan otaknya sudah siap untuk berpikir abstrak, dan lain-lain.
g)
Kesiapan
Kesiapan atau readiness menurut Jamies Drever adalah
kesediaan untuk memberi response atau bereaksi. Kesediaan itu timbul dari dalam
diri seeseorang dan juga berhubungan dengan kematangan, karena kematangan
berarti kesiapan untuk melaksanakan kecakapan. Kesiapan ini perlu diperhatikan
dalam proses belajar, karena jika siswa belajar dan padanya sudah ada kesiapan,
maka hasil belajarnya akan lebih baik.
b.
Faktor eksternal
Faktor
eksternal yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa berasal dari
lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat..
1)
Lingkungan sekolah.
Lingkungan sekolah seperti guru, sarana
prasarana, dan teman-teman sekolah dapat mempengaruhi proses belajar seorang
siswa. Hubungan yang harmonis antara ketiganya dapat menjadi motivasi bagi
siswa untuk belajar lebih baik.
2)
Lingkungan keluarga.
Keluarga sangat berpengaruh terhadap
belajar siswa. Keharmonisan keluarga, sifat-sifat orang tua, letak rumah dan
perhatian keluarga dapat memberi dampak terhadap belajar siswa.
3)
Lingkungan
masyarakat.
Masyarakat di sekitar siswa banyak
berpengaruh terhadap belajar siswa. Masyarakat yang penuh kekerasan, masa bodoh
dan sifat-sifat negatif lainnya akan berpengaruh tidak baik terhadap siswa, dan
sebaliknya kalau lingkungan masyarakat yang agamis, ramah tamah dan harmonis
akan berpengaruh positif terhadap belajar siswa.
3.
Model, Pendekatan, Strategi, Metode Pembelajaran
a.
Model Pembelajaran
Model pembelajaran diartikan sebagai prosedur sistematis
dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar
(Haryanto, 2011). Model pembelajaran dapat diartikan dengan istilah
sebagai gaya atau strategi yang dilakukan oleh seorang guru dalam melaksanakan
kegiatan belajar mengajar. Dalam penerapannya itu gaya yang dilakukan tersebut
mencakup beberapa hal strategi atau prosedur agar tujuan yang ingin dikehendaki
dapat tercapai (Wahyu, 2013).
b.
Teori Belajar yang Mendukung
Beberapa ahli telah merumuskan dan membuat pengertian
tentang belajar. Dalam uraian berikut
pengertian belajar menurut Djamarah (2002) adalah:
1)
belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui
interaksi dengan lingkungan sehingga di dalam interaksi ini terjadi serangkaian
pengalaman belajar;
2)
belajar adalah memodifikasi atau memperingati kelakuan melalui pengalaman,
artinya belajar merupakan suatu proses atau kegiatan. Belajar bukan hanya
mengingat, melainkan lebih luas dari itu yakni mengalami;
3)
belajar dalam arti luas yaitu proses perubahan tingkah laku yang dinyatakan
dalam bentuk penguasaan, penggunaan dan penilaian terhadap sikap dan
nilai-nilai pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai mata
pelajaran;
4)
belajar itu selalu menunjukkan suatu proses perubahan perilaku atau pribadi
seseorang berdasarkan praktek atau pengalaman.
Dari pengertian belajar tersebut dapat disimpulkan bahwa
belajar merupakan suatu proses yang dapat menimbulkan perubahan tingkah laku,
baik jasmani maupun rohani dan dalam prosesnya sendiri. Belajar bukan hanya
mengingat, melainkan mengalami. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran perlu
digunakan model pembelajaran yang tepat.
Make a Match (mencari pasangan) merupakan
salah satu jenis dalam pembelajaran kooperatif. Teknik ini dikembangkan oleh
Lorna Curran (1994). Salah satu keunggulan teknik ini
adalah peserta didik mencari pasangan sambil belajar. Peserta didik
dalam memahami suatu konsep atau topik dibawa kepada suasana yang menyenangkan (Rusman, 2011: 223).
Model Make
a Match atau mencari pasangan
merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan kepada siswa. Penerapan
metode ini dimulai dari teknik yaitu siswa disuruh mencari pasangan kartu yang
merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokkan
kartunya diberi poin. Model Make
a Match melatih siswa untuk memiliki sikap sosial yang baik dan melatih
kemampuan siswa dalam bekerja sama disamping melatih kecepatan berfikir siswa.
Berdasarkan
pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Make a Match
adalah suatu teknik pembelajaran mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu
konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan sehingga pembelajaran
tersebut dapat lebih bermakna.
c.
Langkah-langkah Pembelajaran Make a
Match
Langkah-langkah penerapan model
Make a Match sebagai berikut.
1)
Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi
beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal
dan bagian lainnya kartu jawaban.
2)
Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang
bertuliskan soal/jawaban.
3)
Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu
yang dipegang.
4)
Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok
dengan kartunya.
5)
Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya
sebelum batas waktu diberi poin.
6)
Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya
dengan kartu temannya (tidak dapat menemukan kartu soal atau kartu jawaban)
akan mendapatkan hukuman, yang telah disepakati bersama.
7)
Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap
siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.
8)
Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa
lainnya yang memegang kartu yang cocok.
9)
Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan
terhadap materi pelajaran (Ramadhan, 2008).
d.
Kelebihan Model Pembelajaran Make a
Match
Kelebihan model Make a Match menurut Miftahul Huda (2013: 253)
adalah:
1)
dapat
meningkatkan aktivitas belajar siswa, baik secara kognitif maupun fisik karena
ada unsur permainan, metode ini menyenangkan
2)
meningkatkan
pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari dan dapat meningkatkan motivasi
belajar siswa
3)
efektif
sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk tampil presentasi
4)
efektif
melatih kedisiplinan siswa menghargai waktu untuk belajar.
e.
Kelemahan Model Pembelajaran Make a
Match
Menurut Miftahul Huda (2013: 254) kelemahan
model pembelajaran Make a Match adalah:
1)
jika strategi ini tidak dipersiapkan dengan
baik, akan banyak waktu yang terbuang
2)
pada
awal-awal penerapan metode, banyak siswa yang akan malu berpasangan dengan
lawan jenisnya
3)
jika guru
tidak mengarahkan siswa dengan baik, akan banyak siswa yang kurang
memperhatikan pada saat presentasi pasangan
4)
guru harus
hati-hati dan bijaksana saat memberi hukuman pada siswa yang tidak mendapat
pasangan, karena mereka bisa malu
5)
menggunakan
metode ini secara terus menerus akan menimbulkan kebosanan.
4.
Aktivitas Siswa
Menurut Anton M. Mulyono (2001: 26),
Aktivitas artinya “kegiatan atau keaktifan”. Jadi segala sesuatu yang dilakukan
atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non-fisik, merupakan
suatu aktifitas.
Menurut Sriyono dalam Rosalia (2005: 2) aktivitas
adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani.
Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator
adanya keinginan siswa untuk belajar.
Aktivitas siswa merupakan kegiatan atau
perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar. Kegiatan – kegiatan yang
dimaksud adalah kegiatan yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya,
mengajukan pendapat, mengerjakan tugas-tugas, dapat menjawab pertanyaan guru
dan bisa bekerjasama dengan siswa lain, serta tanggung jawab terhadap tugas
yang diberikan
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini
adalah penelitian yang pernah dilakukan oleh Zainuddin (2011). Penelitian
tersebut bertujuan untuk meningkatkan aktivitas guru, aktivitas siswa serta
hasil belajar. PTK tersebut dilakukan
dengan dua siklus tiap siklus dilaksanakan dengan dua kali pertemuan menunjukkan
bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Make a Match
dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dimana nilai rata-rata hasil belajar
pada pembelajaran dengan menggunakan model ini lebih meningkat daripada
pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah atau penugasan.
Berdasarkan penelitian sebelumnya yang sudah
berhasil meningkatkan hasil belajar siswa, peneliti tertarik untuk menggunakan
model yang sama tetapi pada materi dan subjek yang berbeda. Penelitian tersebut
dilaksanakan untuk meningkatkan aktivitas guru, aktivitas siswa, dan hasil
belajar pada materi Penyesuaian Makhluk Hidup dengan Lingkungannya. Penelitian
ini akan dilaksanakan pada siswa kelas V SDN Putat Basiun Kabupaten Balangan
pada semester 1 tahun pelajaran 2015/2016.
C. Hipotesis Tindakan
Hipotesis dalam penelitian ini adalah jika
model Make a Match digunakan pada materi Penyesuaian Makhluk Hidup
dengan Lingkungannya digunakan maka hasil belajar siswa kelas V SDN Putat
Basiun Kabupaten Balangan akan meningkat.
BAB
III
METODE
PENELITIAN
Penelitian
tindakan kelas (classroom action research)
adalah penelitian yang bersifat reflektif melalui beberapa tahapan dengan
sistem berulang dengan upaya perbaikan dan penyempurnaan, terutama pada
bagian-bagian yang belum terselesaikan terhadap problem mengajar guru. Hal ini
bisa terjadi pada saat penggunaan waktu, metode, media pembelajaran, bahan atau
materi pembelajaran atau rendahnya hasil belajar siswa (Arikunto, 2008: 15).
A.
Setting
Penelitian
1.
Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada
semester 1 tahun ajaran 2015/2016, yaitu bulan September sampai dengan Nopember
2015. Penentuan waktu penelitian mengacu pada kalender pendidikan, karena PTK
memerlukan beberapa siklus yang membutuhkan proses belajar mengajar yang
efektif di kelas.
2.
Tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas V
SDN Putat Basiun Kabupaten Balangan Jl.
Ciputat Desa Putat Basiun Rt 03 Kecamatan Awayan Kabupaten Balangan. Pemilihan
sekolah ini bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran di
sekolah tersebut.
B. Subjek
Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah guru
dan siswa kelas V SDN Putat Basiun Kabupaten Balangan sebanyak 22 siswa terdiri dari 12 orang
laki-laki dan 10 orang perempuan. Mata pelajaran yang akan dilaksanakan adalah
IPA dan materi yang akan diajarkan adalah Penyesuaian Makhluk Hidup dengan
Lingkungannya.
C. Rancangan
Penelitian
Salah
satu desain gambar yang menjadi acuan pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (Suharsimi, 2008: 16).
D.
Penelitian tindakan kelas ini
dilaksanakan dalam tahapan 2 siklus dan garis besarnya tertuang seperti di
bawah ini:
1.
Perencanaan
(Planning)
Kegiatan
yang dilaksanakan pada tahap perencanaan ini adalah:
a.
Membuat skenario, yaitu
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan model pembelajaran Make
a Match pada materi Penyesuaian Makhluk Hidup dengan Lingkungannya.
b.
Menyusun lembar
observasi untuk melihat bagaimana proses pembelajaran menurut skenario kegiatan
belajar mengajar untuk guru dan keaktifan siswa.
c.
Menyiapkan media
pembelajaran berupa kartu soal dan kartu jawaban
d.
Mendesain alat
evaluasi, alat evaluasi untuk mengukur/menentukan keberhasilan tindakan kelas
melalui soal tes pada Materi Penyesuaian Makhluk Hidup dengan Lingkungannya.
e.
Melakukan kolaborasi
dengan observer mengenai tindakan yang akan dilakukan di kelas.
2.
Pelaksanaan
(Acting)
Penelitian tindakan
kelas ini direncanakan dilaksanakan dalam dua siklus, setiap siklus
dilaksanakan dengan dua kali pertemuan.
a.
Pelaksanaan
Tindakan Siklus I
1)
Pertemuan
ke-1 (2 x 35 menit)
a)
Kegiatan
Awal
Guru memotivasi siswa
dengan mengajukan pertanyaan kepada siswa, seperti:
(1)
“Pada saat kalian
kedinginan, apa yang akan kalian lakukan?”
(2) Siswa
diarahkan untuk menjawab “menghangatkan tubuh dengan cara memakai selimut,
jaket, dan lain-lain”.
(3) Melalui
jawaban para siswa, guru menjelaskan bahwa pada saat kita kedinginan kita
menggunakan jaket dan selimut untuk menghangatkan tubuh merupakan
adaptasi/penyesuaian diri manusia terhadap lingkungannya.
(4) Setiap
makhluk hidup memerlukan penyesuaian terhadap lingkungan untuk mempertahankan
hidupnya, baik itu manusia, hewan, dan tumbuhan.
b)
Kegiatan
Inti
(1) Guru menyiapkan beberapa kartu yang
berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, satu bagian
kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.
(2) Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu
yang bertuliskan soal/jawaban.
(3) Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari
kartu yang dipegang.
(4) Setiap siswa mencari pasangan kartu yang
cocok dengan kartunya.
(5) Setiap siswa yang dapat mencocokkan
kartunya sebelum batas waktu diberi poin.
(6) Jika siswa tidak dapat mencocokkan
kartunya dengan kartu temannya (tidak dapat menemukan kartu soal atau kartu
jawaban) akan mendapatkan hukuman, yang telah disepakati bersama.
(7) Setelah satu babak, kartu dikocok lagi
agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian
seterusnya.
(8) Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3
siswa lainnya yang memegang kartu yang cocok.
(9) Guru bersama-sama dengan siswa membuat
kesimpulan terhadap materi pelajaran.
c)
Kegiatan
Akhir
(1)
Guru bersama siswa
menyimpulkan isi pembelajaran tentang penyesuaian diri hewan dan untuk
memperoleh makanannya.
(2)
Guru melakukan evaluasi
terhadap siswa dengan memberikan soal latihan.
2)
Pertemuan
ke-2 (2x35 menit)
a)
Kegiatan
Awal
Guru
melakukan apersepsi dengan mengaitkan pembelajaran dengan materi di pertemuan
sebelumnya.
b)
Kegiatan
Inti
(1) Guru menyiapkan beberapa kartu yang
berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, satu bagian
kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.
(2) Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu
yang bertuliskan soal/jawaban.
(3) Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari
kartu yang dipegang.
(4) Setiap siswa mencari pasangan kartu yang
cocok dengan kartunya.
(5) Setiap siswa yang dapat mencocokkan
kartunya sebelum batas waktu diberi poin.
(6) Jika siswa tidak dapat mencocokkan
kartunya dengan kartu temannya (tidak dapat menemukan kartu soal atau kartu
jawaban) akan mendapatkan hukuman, yang telah disepakati bersama.
(7) Setelah satu babak, kartu dikocok lagi
agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian
seterusnya.Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang
memegang kartu yang cocok.
(8) Guru bersama-sama dengan siswa membuat
kesimpulan terhadap materi pelajaran
c)
Kegiatan
Akhir
(1) Guru
bersama siswa menyimpulkan isi pembelajaran mengenai penyesuaian diri hewan
melindungi diri dari musuhnya.
(2) Guru
melakukan evaluasi terhadap siswa dengan memberikan soal latihan.
3.
Pengamatan
(Observing)
Pada
tahap pengamatan, kegiatan yang dilakukan berupa mengamati proses belajar
mengajar yang dilakukan guru di dalam kelas, aktivitas siswa dalam kegiatan
pembelajaran, serta hasil belajar siswa.
4.
Refleksi
(Reflection)
Pada bagian ini, peneliti menganalisis
dan mengkaji, melihat dan mempertimbangkan atas hasil dari data-data yang
diperoleh melalui observasi yang dikumpulkan dan dianalisis untuk melihat
kemajuan dan kelemahan dari tindakan yang dilaksanakan. Di samping data
observasi/jurnal yang dibuat guru juga dapat digunakan sebagai acuan mengenali
diri guru itu sendiri. Dengan demikian, hasil observasi/jurnal guru dapat
merefleksikan tentang dirinya sehingga dapat menentukan pelaksanaan
pembelajaran berikutnya.
Siklus pertama yang akan dilaksanakan
berdasarkan aktivitas guru, aktivitas belajar siswa serta hasil belajar.
Apabila ketiga hal tersebut masih belum mencapai target dan kriteria maka akan dilakukan
siklus kedua dan selanjutnya sampai target dan tujuan pembelajaran tercapai
dengan baik.
E. Teknik
Pengumpulan Data
Pengumpulan
data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara:
1.
Observasi
Observasi ini dilakukan untuk mengetahui
aktivitas guru dan aktivitas belajar siswa. Untuk mengetahui aktivitas guru diperlukan
lembar observasi guru, dan untuk mengetahui aktivitas belajar siswa diperlukan
lembar observasi siswa.
a)
Lembar observsi guru
No.
|
Indikator/Aspek
Yang Diamati
|
Dilaksanakan
|
Ya
|
Tidak
|
I.
|
PRA
PEMBELAJARAN
|
|
|
1.
|
Mempersiapkan
siswa untuk belajar
|
|
|
2.
|
Melakukan
apersepsi
|
|
|
II.
|
KEGIATAN INTI
PEMBELAJARAN
|
|
|
A.
|
Penguasaan
Materi
|
|
|
3.
|
Menunjukkan
penguasaan materi pembelajaran
|
|
|
4.
|
Mengaitkan
materi dengan pengetahuan lain yang relevan
|
|
|
5.
|
Menyampaikan
materi dengan jelas, sesuai dengan hirarki pelajaran dan karakteristik siswa
|
|
|
6.
|
Mengaitkan
materi dengan realitas kehidupan
|
|
|
B.
|
Pendekatan/Strategi
Pembelajaran
|
|
|
7.
|
Melaksanakan
pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan
karakteristik siswa
|
|
|
8.
|
Mengarahkan/membimbing
siswa dalam mencari pasangan kartu
|
|
|
9.
|
Memberikan
motivasi pada siswa agar terlibat aktif dalam mencari pasangan kartu
|
|
|
10.
|
Melaksanakan
pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif
|
|
|
11.
|
Menghargai
sikap terbuka terhadap pendapat siswa
|
|
|
12.
|
Melaksanakan
pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang direncanakan
|
|
|
C.
|
Pemanfaatan
Sumber Belajar/Media Pembelajaran
|
|
|
13.
|
Menggunakan
media secara efektif dan efisien
|
|
|
14.
|
Melibatkan
siswa dalam pemanfaatan media
|
|
|
D.
|
Pembelajaran
yang Memicu dan Memelihara Keterlibatan Siswa
|
|
|
15.
|
Menumbuhkan
partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran
|
|
|
16.
|
Menunjukkan
sikap terbuka terhadap respon siswa
|
|
|
17.
|
Menumbuhkan
keceriaan dan antusiasme siswa dalam belajar.
|
|
|
E.
|
Penilaian
Proses dan Hasil Belajar
|
|
|
18
|
Memantau
kegiatan belajar selama proses.
|
|
|
19
|
Melakukan
penilaian akhir sesuai dengan kompetensi (tujuan).
|
|
|
F.
|
Penggunaan
Bahasa
|
|
|
20.
|
Menggunakan
bahasa lisan dan tulisan secara jelas, baik, dan benar.
|
|
|
21.
|
Menyampaikan
pesan dengan gaya yang sesuai.
|
|
|
III.
|
PENUTUP
|
|
|
22.
|
Melakukan
refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa.
|
|
|
23.
|
Melaksanakan
tindak lanjut dengan memberikan arahan, atau kegiatan, atau tugas sebagai
bagian remidi/pengayaan.
|
|
|
b)
Lembar observasi
aktivitas siswa
No
|
Indikator/Aspek
yang Diamati
|
Dali
|
Edo
|
Ilis
|
Aau
|
Zai
|
Ami
|
Y
|
T
|
Y
|
T
|
Y
|
T
|
Y
|
T
|
Y
|
T
|
Y
|
T
|
1.
|
Mendengarkan
penjelasan guru
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2.
|
Menjawab
pertanyaan guru
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3.
|
Mengajukan
pertanyaan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4.
|
Membacakan
isi kartu/menunjukkan kartu
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5.
|
Mencari
pasangan kartu
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
6.
|
Kemandirian
dalam mencari pasangan kartu
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
7.
|
Mencocokkan
kartu dalam waktu yang ditentukan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
8.
|
Tepat dalam
mencari pasangan/mencocokkan kartu
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
9.
|
Disiplin
dalam mengikuti pembelajaran
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
10.
|
Keceriaan dan
antusiasme siswa dalam pembelajaran
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2.
Hasil belajar
Hasil belajar diukur untuk mengetahui
tingkat keberhasilan siswa dalam belajar dengan menggunakan lembar soal isian
sebanyak 10 butir soal. Soal dibuat berdasarkan kompetensi dasar dan indikator
tentang materi penyesuaian makhluk hidup dengan lingkungannya.
F.
Analisis
Data
Hasil
pengamatan untuk mengetahui aktivitas guru selama proses belajar mengajar menggunakan
lembar observasi yang di dalamnya telah dicantumkan aspek-aspek kegiatan yang
diamati.
Hasil
pengamatan digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa selama pelaksanaan KBM
dengan menggunakan lembar observasi yang di dalamnya telah dicantumkan aspek-aspek
kegiatan yang diamati. Untuk setiap item aktivitas yang diamati, jika dilakukan
oleh siswa maka pada lembar observasi diberikan checklist. Skor untuk setiap item yang diberikan tanda checklist bernilai (1) dan item yang
tidak ada tanda checklist bernilai
(0).
Perhitungan
dilakukan dengan rumus:
Hasil
belajar akan diketahui dengan menghitung nilai rata-rata siswa setiap siklus
berdasarkan kompetensi dasar dan indikator materi pembelajaran di dalam RPP.
Rata-rata tersebut diukur berdasarkan KKM yang ditentukan yaitu 85% siswa mendapat nilai > 70.