PROFILE SDN PUTAT BASIUN

PROFILE SDN PUTAT BASIUN
SDN PUTAT BASIUN

Sabtu, 07 November 2015

PTK GROUP INVESTIGATION SDN SUNGAI PUMPUNG BALANGAN

BAB  I
PENDAHULUAN

A.                 Latar Belakang
Penggunaan model pembelajaran adalah salah satu upaya agar siswa memperoleh gambaran kongkrit konsep yang harus dipahami. Sebagaimana diungkapkan oleh ahli psikologi Jerome Bruner ( dalam Muhammad, 2005:9 ), menyatakan bahwa pengajaran seharusnya dimulai dari pengalaman langsung menuju representasi ikonik dan baru kemudian menuju representasi simbolik. Urutan bagaimana siswa menerima materi ajar memiliki pengaruh langsung pada pencapaian ketuntasan belajar tersebut.
Salah satu materi dalam pembelajaran sains di kelas 4 adalah materi energi panas. Materi energi panas pada suatu pembelajaran, memang dianggap sulit oleh  para guru. Hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan guru tentang materi ini secara jauh dan tidak adanya alat peraga yang dapat menunjang, sebagai akibat sedikitnya referensi tentang materi energi panas tersebut, sehingga guru merasa kesulitan dalam menjelaskan pengaruh energi panas terhadap kehidupan sehari-hari terutama pada benda.
Pembelajaran dengan materi energi panas yang telah dilakukan guru setempat hanya bersifat textbook oriented. Akibatnya pembelajaran menjadi kurang mengaktifkan serta kurang menyenangkan. Sehingga pada saat pembelajaran berlangsung, siswa cenderung memilih berbicara dengan teman sebangkunya. Hal tersebut dapat dilihat pada pembelajaran IPA, SDN Sungai Pumpung kelas IV yaitu nilai rata-rata IPA 60 di bawah nilai ketuntasan belajar yang ditetapkan kurikulum. Oleh karena itu, kita sebagai seorang guru diharapkan dapat membuat pembelajaran yang aktif dan menyenangkan sehingga murid dapat lebih cepat memahami materi energi panas dan kegunaannya di kehidupan sehari-hari.
Salah satu model pembelajaran yang beorientasi pada pembelajaran konstruktivisme adalah model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang berbasis kontruktivis yang memberikan peluang kepada siswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Menurut Bruner ( dalam Nordiana, 2011 ), selama kegiatan pembelajaran berlangsung hendaknya siswa  dibiarkan mencari atau menemukan sendiri makna segala sesuatu yang dipelajari. Mereka perlu diberikan kesempatan berperan sebagai pemecahan masalah seperti yang dilakukan para ilmuwan, dengan cara tersebut diharapkan mereka mampu memahami konsep-konsep materi tersebut.
Dalam materi pembelajaran IPA tentang “ Energi Panas dan Penggunaannya ” di kelas IV semester dua mempelajari bahwa (1) sumber energi panas yang ada di lingkungan sekitar, (2) menggolongkan benda yang termasuk penghantar panas, (3) mendemonstrasikan perpindahan panas secara konduksi, konveksi dan radiasi. Untuk menjelaskan bahan ajar itu diperlukan model Group Investigation melalui kegiatan percobaan sederhana di kelas dalam upaya pembuktian tentang perpindahan energi panas melalui pengalaman belajar yang nyata bagi siswa sehingga dapat diharapkan hasil belajar siswa juga dapat meningkat.
Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan penelitian tindakan kelas yang berjudul “Meningkatkan Hasil Belajar IPA Materi Energi PanasMelalui Pemanfaatan Model Group Investigation Kelas IV SDN Sungai Pumpung Semester 2 Tahun Pelajaran 2014 / 2015”.

B.Identifikasi  Masalah
1.      Pengetahuan guru tentang energi panas hanya terbatas pada buku cetak yang dimiliki para siswa, sehingga dalam pembelajaranpun hanya berpatokan pada buku cetak semata. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan Akbar (dalam Akbar, 2007: 3), bahwa guru sangat tergantung dengan buku teks, guru terbiasa texbook oriented selama puluhan tahun menganggap bahwa kurikulum sama dengan buku teks.
2.      Guru masih cenderung menggunakan model pembelajaran, karena kebanyakan masih belum maksimal menggunakannya.
3.      Masih rendahnya hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA.

C.Pembatasan  Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka pembatasan masalah pada penelitian ini adalah difokuskan pada kemampuan guru dalam menggunakan model pembelajaran agar dapat berjalan dengan baik dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA.

D.            Perumusan Masalah
1.      Apakah melaluipemanfaatan teknik group investigation dapat meningkatkan aktivitas guru dalam memfasilitasi proses belajar IPA di kelas IV ?
2.      Apakah melalui pemanfaatan teknik group investigation dapat meningkatkan aktifitas siswa dalam proses belajar IPA di kelas IV?
3.      Apakah melalui pemanfaatan teknik group investigation dapat meningkatkan kinerja siswa dalam proses belajar IPA di kelas IV?
4.      Apakah melalui pemanfaatan model group investigation dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi energi panas di kelas IV SDN Sungai Pumpung?

E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan tersebut di atas, tujuan penelitian ini adalah :
1.      Untuk meningkatkan aktivitas guru dalam proses belajar IPA melalui pemanfaatan model pembelajarangroup inverstigation.
2.      Untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam proses belajar IPA melalui pemanfaatan  model pembelajaran group investigation pada materi energi panas.
  1. Untuk meningkatkan kinerja siswa dalam proses belajar IPA melaui teknik group investigation pada materi energi panas.
4.      Untuk meningkatkan hasil belajar IPA materi energi panas melalui pemanfaatan model group investigation bagi siswa kelas IV SDN Sungai Pumpung pada semester 2 tahun pelajaran 2014 / 2015.

5.      Manfaat Penelitian
1.      Manfaat Teoritis  :
a.         Mendapatkan pengetahuan atau teori baru tentang meningkatkan hasil belajar IPA materi energi panas dan penggunaannya melalui pemanfaatan model group investigation bagi siswa kelas IV SDN Sungai Pumpung.
b.         Sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya.
2.      Manfaat Praktis, diharapkan memberikan manfaat yang besar bagi :
a.              Bagi Siswa
·        Sebagai pengalaman belajar langsung yang bermakna dalam praktik pembelajaran IPA menggunakan model group investigation sehingga dapat meningkatkan pengetahuan sebagai hasil belajar.
b.              Bagi Guru
·        Sebagai bahan pertimbangan dalam memilih metode dan model pembelajaran yang relevan dan efektif.
·        Kegiatan penelitian tindakan kelas rekan guru akan terbiasa untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas berikutnya guna menunjang perbaikan mutu serta peningkatan profesionalisme guru.
·        Sebagai sarana guru untuk menunjang tercapainya keberhasilan dalam mengajar yaitu dapat mengetahui sejauh mana siswa dapat menerima materi yang diajarkan.
c.              Bagi Sekolah
·        Hasil penelitian ini akan memberikan konstribusi dalam rangka perbaikan dan peningkatan hasil pembelajaran khususnya dalam pembelajaran IPA.
·        Penelitian ini dapat dijadikan sebagai inspirasi kepada guru-guru lain sehingga dapat memajukan keberhasilan dalam proses pembelajaran.
d.              Bagi Perpustakaan Sekolah
·      Untuk arsip atau dokumen di perpustakaan sekolah agar para pendidik dengan mudah mempelajari bagaimana cara penggunaan model pembelajaran tersebut.







BAB II
KAJIAN TEORETIK DAN PENGAJUAN HIPOTESIS


A.     KAJIAN TEORI
1.      Hasil belajar  IPA
a.      Hakekat IPA
Ilmu pengetahuan alam sebagai disiplin ilmu dan penerapannya dalam masyarakat membuat pendidikan IPA menjadi penting. Ilmu pengetahuan alam untuk anak-anak didefinisikan oleh Paolo dan Marten (dalam Carin, 1993 : 5 ) yaitu :
·        Mengamati apa yang terjadi
·        Mencoba memahami apa yang diamati
·        Mempergunakan pengetahuan baru untuk meramalkan apa yang akan terjadi
Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan teknologi pada zaman modern ini berkembang sangat pesan, sehingga pembelajarn IPA (Sains) di tingkat Sekolah Dasar seharusnya menyiapkan siwa supaya dapat menguasai dan mengikuti  perkembangan IPTEK.  Karena pembelajaran di Sekolah Dasar menjadi dasar siswa untuk mempelajari Sains pada jenjang pendidikan selanjutnya yang lebih tinggi.
Untuk mencapai tujuan pembelajaran  yang diinginkan pada pelajaran Sains di Sekolah Dasar ditempuh diantaranya dengan menggunakan berbagai pendekatan lingkungan, pendekatan konsep, pendekatan pemecahan masalah pendekatan inquiri dan pendekatan belajar tuntas.
b.         Hakekat Belajar
Menurut James O, Whittaker, misalnya merumuskan belajar sebagai proses di mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.
Menurut Drs. Slameto juga merumuskan pengertian tentang belajar. Menurutnya belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor.
Menurut cara pandang teori konstruktivisme bahwa belajar adalah proses untuk membangun pengetahuan melalui pengalaman nyata di lapangan. Artinya siswa akan cepat memiliki pengetahuan jikapengetahuan itu dibangun atas dasar realitas yang ada di masyarakat ( dalam Nordiana, 2010 ).
c.         Hasil Belajar
Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar yang dilaksanakan secara sadar melibatkan diri dengan masalah-masalah yang ada hubungannya dengan materi yang dipelajari yang diberikan. Sedangkan prestasi belajar adalah tingkat penguasaan atau hasil yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti pembelajaran yang dilaksanakan sesuai dengaan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Tidak semua pelajaran dapat dipelajari dengan ingatan saja melainkan harus dengan melakukan pecobaan atau juga didemonstrasikan,.  Hal ini dapat dilakukan dengan mengaitkan pelajaran IPA menjadi pelajaran IPA menjadi pelajaran yang menekankan pada belajar penemuan (discovery learning) yang artinya belajar untuk mencari dan menemukan konsep baru bagi siswa yang hasilnya dapat diaplikasikan dan dikembangkan bagi siswa.  Selanjutnya siswa diharapkan dapat mengaitkan informasi pada struktur kognitif yang sudah dimiliki.  Bila siswa sudah dapat mengaitkan informasi pada pengetahuan yang telah dimilikinya maka dalam hal ini terjadi belajar bermakna.


d.         Hasil Belajar IPA
Sebelum melakukan penelitian tindakan kelas pada mata pelajaran IPA pada materi energi panas dan penggunaannya, dapat dilihat sangat rendah karena sebagian anak kurang memahami masalah materi tersebut karena sangat sulit.
Setelah dilakukan penelitian tindakan kelas ini, maka hasil belajar siswa sdh meningkat dan di atas nilai KKM yaitu 65 menjadi nilai paling rendah 75 dan paling tinggi 85.
Dapat disimpulkan bahwa tanpa adanya praktek kelas apalagi mata pelajaran IPA akan sulit dipahami oleh semua siswa. Oleh sebab itu, maka dalam setiap pelajaran itu harus pakai alat peraga dan praktik dengan model pembelajaran yang sesuai.

2.      Pemanfaatan alat peraga dalam pembelajaran IPA
a.    Hakekat pembelajaran
Pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa variasi yaitu STAD,JIGSAW,Group Investigation, TPS, NHT, TGT. Dalam bab ini variasi yang dibahas adalah tentang Group Investigation pada materi energi panas dan penggunaannya.
Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama ( Eggen and Kauchak, 1996 : 279 ).
Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya.

b.    Hakekat modelgroup investigation
Investigasi kelompok merupakan model pembelajaran kooperatif yang paling kompleks dan paling sulit untuk diterapkan. Model ini dikembangkan pertama kali oleh Thelan. Dalam perkembangannya model ini diperluas dan dipertajam oleh Sharan dari Universitas Tel Aviv. Berbeda dengan STAD dan Jigsaw, siswa terlibat dalam perencanaan baik topikyang dipelajari dan bagaimana jalannya penyelidikan mereka. Pendekatan ini memerlukan norma dan struktur kelas yang lebih rumit daripada pendekatan yang lebih berpusat pada guru. Pendekatan ini juga memerlukan mengajar siswa keterampilan komunikasi dan proses kelompok yang baik.
Dalam implementasi tipe investigasi kelompok guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5-6 orang siswa yang heterogen. Kelompok ini dapat dibentuk dengan mempertimbangkan keakraban persahabatan atau minat yang sama dalam topik tertentu. Selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki, dan melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik yang dipilih. Selanjutnya ia menyiapkan dan mempresentasikan laporannya kepada seluruh kelas.
c.    Pemanfaatan model group  dalam pembelajaran IPA
Dalam pembelajaran IPA model ini sangat berperan penting apalagi pada materi energi panas dan penggunaannya, karena model ini sangat mudah dilakukan oleh bimbingan guru. Dengan membagi siswa berkelompok dan dengan nama group masing-masing sesuai dengan materi tersebut.
Adapun langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation yaitu :
·        Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok heterogen.
·        Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok.
·        Guru memanggil ketua kelompok dan tiap kelompok mendapat tugas satu materi /  tugas yang berbeda dari kelompok lain.
·        Masing-masing kelompok membahas materi yang sudah ada secara kooperatif yang bersifat penemuan.
·        Juru bicara kelompok menyampaikan hasil pembahasan kelompok dan guru bertindak sebagai fasilisator.
·        Guru bersama siswa menyimpulkan pelajaran.

B.     KERANGKA BERPIKIR

1.      Kondisi Awal
Dalam pembelajaran guru belum memanfaatkan model group investigation sehingga hasil belajar IPA terhadap konsep energi panas belum tuntas.
2.      Tindakan
Guru dalam proses belajar mengajar sudah memanfaatkan model group investigation yang dilakukan dalam dua siklus.
3.      Kondisi Akhir
Diduga melalui pemanfaatan model group investigation dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada materi energi panas dan penggunaannya bagi siswa kelas IV SDN Sungai Pumpung semester 2 tahun pelajaran 2014 / 2015.Digambarkan dalam skema adalah sebagai berikut :
KONDISI
AWAL
KONDISI
AKHIR
SIKLUS I
SIKLUS II

Memanfaatkan
Model group investigation
Hasil Belajar IPA di kelas IV meningkat
Guru :
Belum menggunakan
Model group investigation
Siswa :
Hasil belajar IPA rendah
TINDAKAN
 










C.     HIPOTESIS TINDAKAN
Berdasarkan kerangka teoritis tersebut, maka hipotesis tindakan penelitian ini dapat dirumuskan bahwa jika diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dapat meningkatkan  hasil belajar IPA terhadap materi energi panas dan penggunaannya di kelas IV SDN Sungai Pumpung semester 2 tahun pelajaran 2014 / 2015.












BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A.     Setting Penelitian
1.      Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juni semester 2 tahun pelajaran 2014 / 2015.
2.      Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di SDN Sungai Pumpung kelas IV semester 2 tahun pelajaran 2014 / 2015.

B.     Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV pada SDN Sungai Pumpung berjumlah  6 orang, masing-masing terdiri dari 2 orang laki-laki dan 4 orang perempuan.

C.     Sumber Data
·        Sumber data dari siswa sebagai subjek penelitian
·        Sumber data lain dari guru atau teman sejawat

D.    Teknik Dan Alat Pengumpulan Data
1.      Teknik Pengumpulan Data
a)    Tes
b)    Observasi ( aktivitas guru, aktivitas siswa, dan kinerja siswa)
c)    Dokumen
2.      Alat Pengumpulan Data
a)         Butir Soal tes
b)         Lembar observasi
c)         Buku nilai

E.     Validasi Data
1.      Intrumen tes terhadap hasil belajar (nilai tes)
2.      Intrumen observasi terhadap proses pembelajaran

F.      Analisis Data
1.      Menggunakan analisis deskriptif
2.      Hasil belajar dianalisis dengan analisis deskriptif komparatif yaitu membandingkan nilai tes antar siklus maupun dengan indikator kinerja.
3.      Observasi maupun wawancara dengan analisis deskriptif berdasarkan hasil observasi dan refleksi.

G.    Indikator Kinerja
Kondisi akhir yang diharapkan dari penelitian tindakan ini adalah meningkatnya aktivitas kegiatan siswa serta meningkatnya kinerja siswa dalam kegiatan teknik “group investigation” serta meningkatnya rata-rata kelas dengan ketercapaian yang diinginkan adalah 75.
H.    Prosedur Penelitian
Metode  penelitian ini menggunakan model tindakan kelas. Dengan tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.
Perencanaan
Adapun model dan penjelasan masing-masing tahapan adalah sebagai berikut :
?
Pelaksanaan
Refleksi
SIKLUS I
Pengamatan
Perencanaan

SIKLUS II

i

Refleksi

Pengamatan

Pelaksanaan

 











Gambar 1. Alur Penelitian Tindakan Kelas ( Arikunto, 2008:16 )
Pada setiap langkah dalam siklus terdiri dari tahapan persiapan, pelaksanaan tindakan, Observasi, dan refleksi. Data diolah dan dibahas secara kuantitatif dan kualitatif untuk mendeskripsikan dan memakai pembelajaran yang berorientasi pada pendekatan Cooperative Learning dengan teknik Group Investigation.
Pada saat melaksanakan tindakan, peneliti dibantu oleh dua orang kolaborator yaitu Kepala Sekolah dan Hasnawati,S.Pd (Guru Kelas).
Tahap 1: Menyusun Rancangan Tindakan ( Planning )
Dalam tahap penyusunan rancangan penelitian ini, peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Penelitian tindakan yang ideal sebetulnya dilakukansecara berpasangan antara pihak yang melakukan tindakan dan pihak yang mengamati proses jalannya tindakan. Istilah untuk cara ini adalah penelitian kolaborasi. Cara ini dikatakan ideal karena adanya upaya untuk mengurangi unsur subjektivitas pengamat serta mutu kecermatan amatan yang dilakukan. Dengan mudah dapat diterima bahwa pengamatan yang diarahkan pada diri sendiri biasanya kurang teliti dibanding dengan pengamatan yang dilakukan terhadap hal-hal yang berada di luar diri, karena adanya unsur subjektivitas yang berpengaruh, yaitu cenderung mengunggulkan dirinya. Apabila pengamatan dilakukan oleh orang lain, pengamatannya lebih cermat dan hasilnya akan lebih objektif.
Tahap 2: Pelaksanaan Tindakan ( Action )
Tahap ini merupakan pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan di kelas. Hal yang perlu diingat adalah bahwa pada tahap ke-2 ini pelaksanaan guru harus ingat dan berusaha menaati apa yang sudah dirumuskan dalam rancangan, tetapi harus pula berlaku wajar, tidak dibuat-buat. Dalam refleksi, keterkaitan antara pelaksanaan dengan perencanaan perlu diperhatikan secara seksama agar sinkron dengan maksud semula.
Tahap 3: Pengamatan ( Observation )
Tahap ke-3, yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat. Sebetulnya sedikit kurang tepat kalau pengamatan ini dipisahkan dengan pelaksanaan tindakan karena seharusnya pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang di lakukan. Jadi, keduanya berlangsung pada waktu yang sama. Sebutan tahap ke-2 diberikan untuk memberikan peluang kepada guru pelaksana yang juga berstatus sebagai pengamat agar melakukan “ pengamatan balik “ terhadap apa yang terjadi ketika tindakan berlangsung. Sambil melakukan pengamatan balik ini, guru pelaksana mencatat sedikit demi sedikit apa yang terjadi agar memperoleh data yang akurat untuk perbaikan siklus berikutnya.
Tahap 4: Refleksi ( Reflection )
Tahap ke-4 merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Kegiatan refleksi ini sangat tepat dilakukan ketika guru pelaksana sudah selesai melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan peneliti untuk mendiskusikan implementasi rancangan tindakan.
Jika penelitian tindakan dilakukan melalui beberapa siklus, maka dalam refleksi terakhir, peneliti menyampaikan rencana yang disarankan kepada peneliti lain apabila dia menghentikan kegiatannya, atau kepada diri sendiri apabila akan melanjutkan dalam kesempatan lain. Catatan-catatan penting yang dibuat sebaiknya rinci sehingga siapa pun yang akan melaksanakan dalam kesempatan lain tidak akan menjumpai kesulitan.  












Tidak ada komentar:

Posting Komentar