BAB I
A.
Latar Belakang Masalah
Pendidikan pada dasarnya
adalah suatu upaya untuk mempersiapkan atau memberi bekal pada peserta didik
agar dikemudian hari mereka dapat mandiri dan tanggap
akan lingkungannya untuk menghadapi tantangan hidup, dengan cara mendorong dan
memfasilitasi kegiatan belajar, seperti yang termaktub dalam Undang-Undang
Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I
Pasal I ( 1 )” Pendidikan didefinisikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses belajar agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia serta keterampilan.
Plato seorang filosof Yunani yang hidup tahun 429 SM – 346 M (Muhamad 1981: 6 )
tujuan pendidikan adalah membantu perkembangan masing-masing dari jasmani dan
akal dengan sesuatu yang memungkinkan tercapainya kesempurnaan dan
kebagusan.
Perlu kita upayakan agar pengetahuan, sikap dan
keterampilan yang diperoleh oleh siswa dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari atau situasi lain. Untuk itu siswa perlu diberi kesempatan dan
kemudian berlatih dalam pemecahan masalah terutama yang berkaitan dengan
pengalaman belajar. Pemecahan masalah dalam matematika (termasuk soal cerita)
merupakan bagian yang sangat penting dari Kurikulum matematika karena dalam
proses pembelajaran maupun penyelesaian, siswa dimungkinkan untuk memperoleh
pengalaman menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang sudah dimiliki untuk
diterapkan pada pemecahan masalah yang tidak rutin atau sesuai prosedur.
Dengan kegiatan ini kemampuan
matematika siswa dapat berkembang dengan lebih baik. Oleh karena itu dalam
setiap pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah
sesuai dengan situasi. Manusia pada hakekatnya selalu berhadapan dengan
masalah, baik masalah yang besar ataupun masalah yang kecil dan sederhana.
Pengalaman memecahkan masalah yang satu mungkin akan berguna dalam menghadapi
masalah yang lain yang serupa, tetapi juga bisa tidak berguna secara langsung.
Dengan demikian jelas bahwa pendidikan sangat penting dalam memberikan
pengalaman belajar dan menumbuhkan kemampuan peserta didik khususnya dalam
memecahkan masalah.
Namun kenyataannya kegiatan
pemecahan masalah dalam proses pembelajaran matematika belum dijadikan kegiatan
utama. Pembelajaran hanya berkisar pada masalah latihan operasi hitung dan
melatih siswa dalam pemecahan masalah.
Salah satu alasannya adalah pemecahan masalah merupakan bagian yang sulit dari
matematika bagi guru dan siswa baik disekolah dasar maupun sekolah menengah.
Menurut Robert M. Gagne belajar dengan pemecahan masalah merupakan tipe belajar
paling tinggi tingkatannya dan kompleks (Karso, dkk, 1993 : 36) Berdasarkan
masalah diatas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tindakan kelas
dengan judul “
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V SDN Putat
Basiun Dalam Menyelesaikan Soal Cerita FPB dan KPK Dengan Pendekatan Pemecahan
Masalah”.
B. Perumusan Masalah dan
Pemecahan Masalah
B.1 Perumusan Masalah
Sehubungan dengan
latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan pada penelitian ini
adalah:
1.
Apakah dengan pendekatan
pemecahan masalah dapat meningkatkan hasil belajar siswa menyelesaikan soal
cerita FPB dan KPK di kelas V SDN Putat Basiun.
2. Bagaimana aktivitas siswa kelas V SDN Putat
Basiun terhadap proses pembelajaran dengan pendekatan pemecahan masalah dalam
menyelesaikan soal cerita FPB dan KPK.
B.2 Pemecahan Masalah
Masalah tersebut dapat diatasi dengan cara menerapkan
atau menggunakan pendekatan pemecahan masalah pada proses pembelajaran berlangsung
melalui :
1. Memberikan
penjelasan dan membimbing siswa dalam menyelesaikan latihan soal cerita FPB dan KPK
2. Memberikan latihan soal-soal cerita FPB
secara klasikal, kemudian secara individu dengan pendekatan pemecahan masalah pada
siklus I
3. Memberikan latihan soal-soal cerita KPK
secara klasikal, kemudian secara individu dengan pendekatan pemecahan masalah
yang dilaksanakan pada siklus 2
Selain masalah yang berkaitan dengan siswa akan dilihat
juga masalah yang berkaitan dengan guru meliputi perencanaan dan pelaksanaan
pproses pembelajaran
C.
Pembatasan Masalah.
Agar pembahasan dalam penelitian ini tidak meluas dari
masalah yng akan diteliti, maka permasalahan
dalam penelitian ini dibatasi sebagai berikut:
1. Siswa yang diteliti
adalah siswa kelas V SDN Putat Basiun
2. Penelitian dilakukan
pada sub pokok bahasan soal cerita FPB dan KPK
3.
Aktivitas siswa terhadap proses
pembelajaran matematika dengan pendekatan pemecahan masalah.
4.
Hasil belajar siswa diperoleh dari tes hasil belajar berupa hasil pre
tes, dan post tes setiap siswa selama proses pembelajaran.
D. Tujuan Penelitian.
Berdasarkan pada permasalahan diatas, maka tujuan dari
penelitian tindakan kelas ini adalah :
1.
Untuk
mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dalam menyelesaikan soal cerita FPB
dan KPK dengan pendekatan pemecahan masalah di kelas V SDN Putat Basiun.
2.
Untuk
mengetahui bagaimana aktivitas guru dan aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran engan pendekatan pemecahan masalah.
3.
Untuk
melatih dan mengembangkan cara berpikir yang logis,sistematis, kritis,
kreatif pada siswa Kelas V SDN Putat
Basiun.
E. Manfaat Penelitian.
Dengan adanya penelitian diharapkan dapat bermamfaat :
1. Bagi Guru,
Sebagai bahan informasi atau masukan dalam upaya peningkatan kemampuan dan keterampilan dalam
melaksanakan proses pembelajaran matematika.
2. Bagi Siswa
Agar siswa mampu berpikir sistematis, logis dan kreatif
serta mengurangi kesalahan dalam menyelesaikan soal cerita FPB dan KPK sehingga
hasil belajar menjadi lebih baik atau meningkat.
4.
Bagi
Sekolah
Untuk memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah dalam
rangka perbaikan dan peningkatan mutu proses pembelajaran pada umumnya dan mata
pelajaran matematika pada khususnya.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kerangka Tiore
A.1 Pengertian
Hasil Belajar dan Faktor- Faktor yang Mempengaruhinya
Belajar merupakan hasil yang
penting dan fondamental dalam pendidikan serta merupakan sarana untuk
mendapatkan hasil sebagai suatu proses. Belajar hampir
selalu mendapat tempat yang luas dalam berbagai disiplin ilmu yang berkaitan
dengan upaya pendidikan. Kegiatan apapun yang dilakukan tentu mengharapkan
hasil yang terbaik, oleh karena itu harus dilakukan secara optimal. Leonardo D.
Marsam (1983 : 99) berpendapat sesuatu yang ada atau terjadi oleh suatu kerja.
Menurut James O. Whittaker (Permatasari dan Rachmah, 2005 : 30) merumuskan
belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui
latihan atau pengalaman. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagi hasil pengalaman individu itu dalam interaksi dengan
lingkungannya (Slamento, 1987 : 2 ). Gagne ( 1984 ) merumuskan belajar adalah
suatu proses di mana suatu organisma berubah perilaku sebagai akibat pengalaman
(Winataputra 2004 : 2.3). Dari
uraian di atas dapat dipahami mengenai makna kata” hasil belajar”.
Hasil adalah sesuatu yang
diperoleh setelah ada kegiatan atau kerja. Sedangkan belajar adalah suatu
proses yang mengakibatkan perubahan pada seseorang, yaitu perubahan tingkah
laku, atau suatu perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai hasil dari
latihan atau pengalaman. Dengan demikian dapat diambil pengertian hasil belajar
secara sederhana adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah
menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2006 : 22). Howard Kingsley membagi
tiga macam hasil belajar (Sudjana, 2006 : 22) yakni :
a.
Keterampilan
dan kebiasan
b.
Pengetahuan
dan pengertian
c.
Sikap dan
cita-cita
Sedangkan Gagne membagi lima
katagore hasil belajar yaitu :
a. Informasi
verbal
b. Keterampilan
intelektual
c. Strategi
kognitif
d. Sikap
e. Keterampilan motoris
Dalam Sistem Pendidikan
Nasional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom (Sudjana,
2006 : 22-23) yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni :
1.
Ranah kognitif ini berkaitan dengan hasil belajar
intelektual.
2.
Ranah afektif berkenaan dengan hasil belajar
sikap.
3.
Ranah psikomotor berhubungan dengan hasil belajar
keterampilan dan kemampuan bertindak. Banyak faktor yang mempengaruhi proses
belajar, sehingga berpengaruh pada hasil belajar yang dicapai. Menurut M.
Ngalim Purwanto (Hasan, 1994 : 97 ) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar yang
digolongkan menjadi dua yaitu sebagai berikut :
1). Faktor yang terdapat pada diri organisme
itu sendiri yang disebut dengan faktor individual, yang termasuk faktor
individual adalah faktor kematangan atau pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi
.
2). Faktor diluar individu atau faktor
sosial. Yang termasuk faktor ini diantaranya, keluarga
atau keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajar, alat-alat yang dipergunakan,
lingkungan dan kesempatan yang tersedia dan motivasi sosial. Slamento (Hasan,
1994 : 98-99 ) mengatakan faktor-faktor
yang mempengaruhi hasil belajar dapat
digolongkan menjadi dua, yaitu sebagai berikut :
a). Faktor
intern, yaitu faktor yang ada dari dalam diri indvidu yang sedang belajar, diantaranya adalah:
1. Faktor jasmaniah,
meliputi kesehatan dan cacat tubuh.
2.
Faktor
psikologis, meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat, motivasi,
kematangan, kesiapan belajar.
3. Faktor kelelahan,
meliputi kelelahan jasmaniah dan kelelahan rohani bersifat psikis
b). Faktor ekstern, yaitu faktor
yang ada di luar individu, antara lain:
1
Faktor keluarga, meliputi cara orang tua mendidik, relasi dalam
keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi, pengertian orang tua dan latar
belakang kebudayaan.
2.
Faktor
sekolah, meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa,
disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas
ukuran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.
3. Faktor masyarakat,
meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa, teman bergaul, bentuk
kehidupan masyarakat.
A.2 Pendekatan Pemecahan
Masalah ( Problem Solving Approach )
Dalam hal mempelajari
matematika tidak cukup hanya dipelajari dan dibaca, tetapi diperlukan pemahaman
dan ketekunan karena matematika berkenaan ide-ide,
konsep, simbol yang abstrak dan tersusun secara hirakris. Oleh karena itu perlu pembelajaran dengan masalah karena,
dengan belajar memecahkan masalah menjadikan seseorang dapat membuat
keputusan-keputusan dalam kehidupan sehari-hari secara lebih analitis,
rasional, dan objektif dengan mencakup kemampuan mendefinisikan secara jelas,
mengumpul dan menganalisis informasi dan mengevaluasi hasil yang diperoleh.Merupakan
puncak dalam belajar matematika sehingga siswa mampu mengaplikasikan dalam
situasi kehidupan sehari-hari di lingkungannya maupun dalam situasi yang belum
dialami atau dikuasai.Orang yang disebut dengan bapak pemecah modern adalah
George Polya yang lahir di Hongaria 1887 (Sunarno, 2007: 1). Dalam memecahkan
masalah atau soal ada empat proses langkah yang diberikan oleh George Polya,
yaitu,
1.
Memahami
masalah
2.
Menyusun
suatu rencana atau strategi yang akan dilakukan
3.
Melaksanakan rencana atau strategi yang telah
ditetapkan
4.
Melihat ke belakang atau mengevaluasi penyelesaian
yang telah dilakukan ( Sunarno:2007: 1)
Sehubungan dengan hal itu
Marjono (Abdullah, 2004 : 27) merincikan penyelesaian masalah sebagai berikut:
1. Memahami
masalah.
Masalah atau soal biasanya disajikan dalam bentuk pertanyaan tertulis. Untuk dapat memahaminya, masalah harus dibaca
berulangkali sehingga dapat diketahui:
a.
informasi
apa yang diketahui
b. apa yang ditanyakan
atau yang dicari
c. Arti kata-kata atau
istilah yang ada
d. Soal yang sejenis
yang pernah dikerjakan
4.
Menentukan hubungan yang ada dengan masalah yang
pernah dikerjakan, juga pengertian yang dimiliki. Dalam hal ini kita harus
mengingat kembali pengertian-pengertian, fakta, asumsi, teorema, rumus atau
pengalaman lain yang berhubungan dengan masalah itu, mencari korespodensi, mencoba membentuk generalisasi, mencari sifat yang sama dalam
situasi yang berbeda.Sedapat mungkin masalah dibuat lebih sederhana.
5.
Menentukan strategi dengan mengidentifikasi
struktur dari masalah yang diberikan. Ini berarti mengenali atau
mengidentifikasi fakta, syarat,dan variabel yang ada serta mencari metode
pembuktian yang sesuai. Setelah fakta-fakta disusun,
kemudian ditentukan model penyelesaiannya.
6.
Menggunakan
model yang telah ditentukan untuk memperoleh jawaban. Termasuk dalam langkah
ini adalah melakuan langkah penghitungan, pembuktian dan menentukan himpunan
penyelesaiannya. Hasil yang telah diperoleh hendaknya diperiksa kembali, apakah
telah memenuhi syarat yang diminta. Dalam hal ini merupakan hal jembatan antara apa yang diketahui dan apa yang
diminta.
7.
Menafsirkan
apa yang diperoleh
Hasil itu dicoba pada situasi yang lain. Beberapa
kemungkinan diselidiki, misalnya apakah soal dapat diselesaikan dengan semua
variabel ataukah dengan variabel terbatas.
8.
Menganalisis
metode penyelesaian
Langkah terakhir ini adalah menuliskan langkah-langkah
dalam urutan logis, menunjukkan informasi yang diperoleh dan penalaran yang
digunakan.
Adapun beberapa usaha guru yang dilakukan dalam membantu
siswa memecahkan masalah persoalan matematika (Abdullah, 2004: 28) adalah:
1.
Usahakan
siswa dapat memahami masalah, artinya mampu mengidentifikasi: apa yang
diketahui, informasi-informasi yang ada, apa yang ditanyakan. Siswa dianjurkan
untuk membaca soal atau masalah berulang kali sehingga informasi dapat dicerna
siswa. Guru dapat mengajukan pertanyaan yang mengarah pada jawaban yang
dikehendaki soal, siswa diminta menulis fakta-fakta yang ada.
2.
Membuat
iklim yang sehat untuk belajar dalam artian siswa diberi waktu yang cukup untuk
berpikir, menganalisa, dan mungkin mencoba memecahkan masalah, serta bersikap
sabar terhadap siswa yang lambat berpikir atau sukar menemukan jawaban.
3.
Menumbuhkan
dan mempertahankan motivasi siswa, antara lain menunjukan pentingnya belajar
matematika khususnya memecahkan masalah atau soal, memberi contoh kegunaan
matematika dalam kehidupan sehari-hari, memberi soal yang tidak jauh dari
kemampuan siswa.
4.
Menekankan
keanekaan dalam pemecahan masalah, artinya guru tidak perlu mengharuskan siswa
menggunakan prosedur atau langkah yang sama, beri kebebasan siswa untuk memilih
prosedur yang akan digunakan, guru hanya sebagai mendorong siswa untuk mencari
prosedur pengerjaan menurut masing-masing siswa agar mereka terbiasa
berinisiatif mencari jalan penyelesaian.
5.
Mengajak
siswa untuk menemukan model, sketsa yang sesuai dan lain-lain. Siswa diajak
untuk menentukan besaran-besaran yang diganti dengan variabel atau dengan
simbol-simbol kemudian mengajak siswa untuk menentukan hubungan antara
simbol-simbol tersebut yang mungkin berupa grafik, persamaaan atau
pertidaksamaan, dan sebagainya.
6.
Mengajak siswa untuk menekankan cara menyelesaikan
masalah daripada hasil dengan kata lain menekankan proses dari pada hasil
semata. Mengutip saran Ustadz Abdullah Gymnastiar (Abdullah, 2004: 28 ) yang
mengatakan bahwa sebenarnya yang harus kita nikmati dalam hidup ini adalah
proses, karena yang bernilai dalam hidup itu ternyata adalah proses bukan
hasil. Kalau hasil itu Allah yang menetapkan, tetapi bagi kita punya kewajiban
untuk menikmati dua perkara yaitu selalu menuntut ilmu supaya tambah luas
ilmunya, sehingga akhir hidup kita lebih meningkat mamfaatnyaa, selalu berusaha
menyempurnakan ikhtiar yang dilakukan, selebihnya terserah Allah swt. Kalau
kita mengukur kesuksesan dari pada proses maka akan gampang hasil tersebut akan
musnah dalam sekejap. Siswa harus mengerti benar langkah-langkah dan penerapan
rumus, hukum, aturan-aturan yang dimiliki dalam pemecahan masalah.
7.
Memberikan
latihan yang cukup, yaitu siswa harus banyak berlatih dalam memecahkan masalah
atau soal dengan jumlah dan waktu yang cukup, guru juga menyedikan waktu untuk menerima pertanyaan siswa yang
mengalami kesulitan.
A.3 Peranan
Guru Dalam Proses Pembelajaran
Mengajar adalah
membimbing kegiatan belajar siswa sehingga ia mau belajar seperti yang
diutarakan oleh William Burton (Usman, 2003: 21 ). Dalam proses pembelajaran
aktivitas siswalah yang sangat diperlukan, sehingga siswa seharusnya banyak
aktif, sebab siswa sebagai subjek didik yang melaksanakan belajar dan guru
sebagai fasilitator. Menurut pendapat John Dewey bahwa pentingnya aktivitas
siswa dalam proses belajar mengajar (Usman,2003: 21 ) melalui metode proyek
dengan semboyan Learning Dy Doing. Aktivitas yang dimaksud meliputi aktivitas
jasmaniah dan aktivitas mental. Beberapa peranan guru dalam siswa belajar
aktif, diantaranya kombinasi peran-peran sebagai berikut:
a.
Sebagai
Informator ( pemberi informasi )
b.
Sebagai
kumonikator ( menyampaikan materi )
c.
Sebagai
fasilitator ( memberi kemudahan )
d.
Sebagai
motivator ( pendorong belajar )
e.
Sebagai katalisator ( perangsang dalam belajar )
f.
Sebagai director ( sebagai direktor dalam belajar
)
g.
Sebagai konduktor ( penghantar atau penyalur
belajar )
h.
Sebagai
inisiator ( pembangkit inisiatif siswa )
i.
Sebagai moderator
( pengatur lalu lintas belajar )
j.
Sebagai trasmitter ( pemudah pengalaman belajar )
k.
Sebagai
administrator ( pengawas belajar )
l.
Sebagai
evaluator ( penilaian efektifitas proses belajar mengajar )
B. Kerangka Berpikir dan Hipotesis Tindakan
B.1 Kerangka Berpikir.
Matematika merupakan mata
pelajaran yang disampaikan disetiap tingkat pendidikan yang diajarkan secara
bertahap sesuai dengan perkembangan mental dan intelektual anak. Untuk itu
peneliti mempunyai pola brpikir penelitian dengan pnyampaian konsep FPB dan
KPK, pemberian soal dengan langkah – langkah penyelesaian soal dengan
pendekatan pemecahan masalah.
B.2 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan dari kajian pustaka atau teoritik
sebagaimana diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis dalam penelitian
tindakan kelas ini sebagai berikut:” Dengan diberikan pendekatan pemecahan
masalah, dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam menyelesaikan soal cerita
FPB dan KPK siswa kelas V SDN Putat Basiun”.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis
Penelitian
Jenis penelitian yang
digunakan pada penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang pertama
kali diperkenalkan oleh ahli psikologi sosial Amerika yang bernama Kurt Lewin
pada tahun 1946 (Wibawa, 2003 : 6 ). Menurut John Elliot (1982 ) yang dimaksud
penelitian tindakan kelas ialah kajian tentang situasi sosial dengan maksud
untuk meningkatkan kualitas tindakan didalamnya, seluruh prosesnya ditelaah ,
diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan pengaruhnya menciptakan
hubungan yang diperlukan antara evaluasi diri dari perkembangan propesional (Wibawa,
2003 : 7 ).
Penelitian tindakan kelas
adalah suatu bentuk kajian bersifat refliktif oleh pelaku tindakan yang
dilakukan dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap
tindakan-tindakan yang dilakukannya, serta memperbaiki kondisi dimana praktik-praktik
tersebut dilaksanakan (Suwarsih, 2007 : 14 ) Dimana tujuan dari penelitian
tindakan kelas antara lain untuk perbaikan dan peningkatan proses pembelajaran
berkesinambungan (Wibawa, 2003 : 7 ).
|
Beberapa hal yang akan diteliti dalam
penelitian ini adalah kegiatan pembelajaran dengan pendekatan pemecahan masalah
pada materi soal cerita FPB dan KPK, hasil belajar, dan aktivitas siswa setelah
mengikuti kegiatan pembelajaran dengan pendekatan pemecahan masalah serta
aktivitas guru saat mengajar dengan pendekatan pemecahan masalah.
B. Setting Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas V SDN Putat Basiun
Kecamatan Awayan Kabupaten Balangan. Jumlah siswa kelas V adalah 25 orang
terdiri dari 14 orang siswa laki-laki dan 11 orang siswa perempuan.
C. Faktor yang Diteliti
Untuk dapat menjawab permasalahan tersebut di atas, ada
beberapa faktor yang diselidiki.Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:
a.
Faktor
siswa: kita lihat tingkat kemampuan hasil belajar siswa kelas V SDN Putat
Basiun terhadap penyelesaian soal cerita FPB dan KPK sangat rendah yang dilihat dari hasil tes tertulis.
b.
Faktor
guru: melihat cara guru dalam merencanakan pembelajaran, bagaimana
pelaksanaannya di dalam kelas apakah sudah menggunakan strategi yang tepat
dalam kegiatan pembelajaran, pemberian latihan soal-soal secara individu yang
cukup dengan menggunakan lembar observasi.
D. Prosedur Pelaksanaan Penelitian Siklus I
Prosedur penelitian tindakan kelas ini direncanakan
terdiri dari 2 siklus dan setiap 1 siklus terdiri dari 2 kali pertemuan. Pada
siklus 1 mengkaji tentang soal cerita FPB dan pada siklus 2 mengkaji soal
cerita KPK.
Secara ringkas kegiatan masing-masing
siklus sebagai berikut :
1.
Siklus I
(Pertama)
a.
Pertemuan
pertama (rencana pembelajaran 1)
Siswa ditanamkan konsep penyelesaian soal cerita FPB
dengan dua bilangan menggunakan metode pendekatan pemecahan masalah.
b. Pertemuan kedua (rencana pembelajaran 2)
Siswa ditanamkan konsep penyelesaian
soal cerita FPB dengan beberapa bilangan
, guru hanya sebagai fasilitator dan siswa yang lebih aktif.
2.
Siklus II
(Kedua)
a.
Pertemuan
pertama (rencana pembelajaran 3)
Siswa ditanamkan konsep
penyelesaian soal cerita KPK dengan dua
bilangan menggunakan metode pendekatan masalah.
b.
Pertemuan kedua (rencana pembelajaran 4)
Siswa ditanamkan konsep penyelesaian soal
cerita KPK dengan beberapa bilangan,
guru sebagai fasilitator dan siswa yang lebih aktif.
Berdasarkan hasil observasi pembelajaran, dapat
diuraikan refleksi awal sebagai berikut:
1. Para siswa telah memiliki pengetahuan dasar tentang
konsep FPB dan KPK yang di terima di
kelas IV.
2.
Para
siswa kelas V belum diajak belajar aktif dalam pembelajaran karena guru hanya menyampaikan materi berdasarkan
bahan ajar .
D.1 Tahap Perencanaan
Pada siklus
I didahului dengan perencanaan meliputi:
(1). Menyusun rencana pembelajaran tentang soal
cerita FPB
(2). Membuat lembar observasi tentang aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran dan aktivitas siswa pada saat proses
pembelajara serta cara pemberian skornya..
(3). Merancang kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan pemecahan
masalah, termasuk didalamnya menyusun tes selama proses pembelajaran dan tes
hasil belajar yang menjadi satu kesatuan dengan rencana pembelajaran (RP)
D.2
Tahap Pelaksanaan
Adapun tahap pelaksanaan siklus I meliputi:
(1)
Siswa diberi tugas membaca bahan ajar di rumah
sebelum materi tersebut dibahas di kelas.
(2)
Diawal
pertemuan guru melakukan appersepsi agar siswa tertarik dengan materi yang akan
dipelajari, menyampaikan tujuan pembelajaran dan metode yang digunakan.
(3)
Guru menyampaikan materi secara singkat dan
memberikan contoh soal dan penyelesaiannya
(4)
Memberikan kesempatan kepada siswa secara acak
untuk menyelesaikan soal yang diberikan.
(5)
Membimbing dan mengarahkan siswa yang mengalami kesulitan
pada proses pembelajaran.
(6)
Pemberian
tugas secara individual.
(7)
Menyimpulkan
hasil pembelajaran.
D.3 Tahap observasi
Kegiatan pada tahap ini adalah sebagai
berikut:
(1). Observasi terhadap aktivitas guru dalam pengelolaan
pembelajaran dan aktivitas
siswa selama proses pembelajaran dengan lembar observasi
(2). Penguasaan
materi diperoleh dari tes selama proses pembelajaran berupa kemampuan siswa
dalam mengerjakan soal pre tes dan post tes. Seluruh
data dicatat untuk dijadikan bahan pertimbangan untuk tindakan berikutnya.
D.4
Evaluasi Tindakan dan Refleksi
Akhir
Hasil
yang diperoleh pada tahap observasi dikumpulkan dan dianalisis pada tahap ini
dan menjadi pertimbangan untuk memasuki siklus 2 .Pertimbangan yang digunakan
jika salah satu komponen dibawah ini belum terpenuhi yaitu:
(1)
hasil
belajar siswa secara individu mencapai ketuntasan ≥ 70 dan ketuntasan klasikal jika ≥ 85 % dari
keseluruhan siswa mencapai ketuntasan ndividual.
(2)
Aktivitas
siswa lebih aktif dan guru mengurangi peranannya dalam proses pembelajaran.
E. Prosedur Pelaksanaan Penelitian Siklus
II
E.1 Tahap Perencanaan
Pada siklus 2 didahului dengan perencanaan
yang meliputi:
1.
Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
tentang soal cerita KPK
2.
Membuat
lembar observasi aktivitas guru dalam mengelola kelas dan aktivitas siswa saat
proses pembelajaran dan cara pemberian skornya
3.
Merancang
kegiatan pembelajaran engan menggunakan pendekatan pemecahan masalah, termasuk
menyusun tes selama proses pembelajaran dan tes hasil belajar yang menjadi satu kesatuan dengan rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP)
E.2 Tahap Pelaksanaan
Tindakan yang dilakukan pada siklus 2 adalah sebagai
berikut:
1.
Guru
menyampaikan tujuan dan informasi materi pembelajaran diiringi dengan
memotivasi siswa .
2.
Guru menyampaikan materi pembelajaran secara
singkat dan memberikan contoh soal.
3.
Memberikan kesempatan kepada siswa secara acak
untuk menyelesaikan soal yang diberikan.
4.
Membimbing dan memotivasi siswa yang mengalami
kesulitan pada saat pembelajaran berlangsung.
5.
Pemberian
tugas individu
6.
menyimpulkan
hasil pembelajaran.
E.3 Tahap Observasi
Kegiatan pada tahap ini adalah sebagai
berikut:
|
|
1. Observasi terhadap aktivitas guru dalam
pengelolaan pembelajaran dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran dengan lembar observasi
2. Penguasaan materi diperoleh dari tes selama
proses pembelajaran berupa kemampuan
siswa dalam mengerjakan soal pre tes dan post tes. Seluruh data dicatat untuk dianalisis.
E.4 Evaluasi Tindakan dan Refleksi Akhir
Hasil yang diperoleh pada tahap observasi dikumpulkan dan dianalisis pada
tahap ini dan menjadi pertimbangan untuk menjawab tujuan
penelitian yang telah dirumuskan.
F. Data dan Cara Pengambilan Data
1 Sumber data : sumber data penelitian ini adalah siswa
dan penelitian.
2 Jenis
data : (1)
hasil belajar siswa, (2) lembar
observasi.
3. Cara
pengambilan data :
3.1 Observasi
langsung
Observasi dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang
aktivitas saat proses pembelajaran berlangsung. Observasi difukoskan pada
aktivitas belajar siswa dan guru. Instrumen yang digunakan adalah lembar
observasi.
3.2 Tes
Instrumen tes digunakan untuk
memperoleh data mengenai hasil belajar siswa.Pada pertemuan pertama dilakukan
tes awal untuk mengetahui skor dasar siswa, selanjutnya diadakan kuis setiap
akhir pertemuan untuk mengetahui kemampuan penguasaan materi siswa setelah
mengikuti proses pembelajaran.Penyusunan instrumen tes memperhatikan beberapa
hal, yaitu:
a. Soal sesuai dengan kurikulum KTSP
b. Penilaian
dilhat dari asfek kognitif.
c. Butir – butir soal berbentuk essay atau uraian
.
Perbedaan skor nilai untuk setiap soal
didasarkan pada banyaknya langkah-langkah pengerjaan.
G.
Validitas Instrumen.
Suatu instrumen dikatakan
memenuhi syarat sebagai alat pengumpul data apabila instrumen tersebut valid
dan reliabel yang bertujuan untuk mengetahui kesuaian
instrumen penelitian dengan tujuan dan isi materi pembelajaran. Soal-soal
tersebut diujikan kepada siswa diluar sampel penelitian dan dianalisis dengan
menggunakan rumus korelasi product moment pearson :
Dan koefisien korelasi terdapat antara -1,00 sampai +1,00 (Arikunto
2002: 75)
H. Teknik Analisis Data
Data yang
diperoleh dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
|
Ketuntasan individual
|
Ketuntasan klasikal
|
Sedangkan data yang diperoleh melalui lembar
observasi dan hasil belajar tes tertulis dianalisis menggunakan tehnik
persentase dari Sudijono (2005) dengan rumus:
P = x 100
Keterangan:
P = Angka persentase yang dicari
f = Frekuensi yang sedang dicari
persentasenya.
N = Jumlah sampel
I. Indikator
Keberhasilan
Yang menjadi indikator keberhasilan
penelitian ini adalah apabila hasil belajar anak melalui tes tertulis pada
akhir proses pembelajaran mencapai kualifikasi baik yaitu:
a.
hasil belajar siswa secara individu telah tuntas
belajar apabila ia telah mencapai nilai ≥ 70
b.
hasil
belajar secara klasikal telah tuntas
apabila kelas tersebut telah 85 % secara individu mencapai tuntas belajar.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.Deskripsi
Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini
dilaksanakan di kelas V SD Negeri Putat Basiun Kec. Awayan Kab. Balangan,
dengan jumlah siswa 14 orang laki-laki dan 11 orang perempuan, jumlah
seluruhnya 25 orang.
Pada saat pelaksanaan tindakan kelas tidak banyak
hambatan yang ditemui, hanya pada saat tindakan awal siswa agak kaku dan
ragu-ragu dalam pengerjaan tugas. Namun setelah diberi bimbingan dan penjelasan
seperlunya akhirnya pelaksanaan tindakan seterusnya berjalan lancar sesuai
skenario yang dibuat.
Penelitian ini dilaksanakan sebagai upaya dalam meningkatkan
hasil belajar dan meminimalisir kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal cerita
FPB dan KPK melalui pendekatan pemecahan masalah.
Dalam pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) kali
ini selama 2 siklus pada tiap siklus dilakukan tindakan pembelajaran sebanyak 2
kali pertemuan. Dengan demikian jumlah pertemuan keseluruhan adalah sebanyak 4
(empat) kali pertemuan tindakan.
- Persiapan Penelitian
Sebelum melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ,
maka peneliti terlebih dahulu membuat rencana penelitian (proposal) yang
diajukan kepada Dosen Pembimbing I dan Dosen pembimbing II setelah proposal
disetujui langkah selanjutnya adalah mempersiapkan ijin penelitian secara tertulis yang diajukan kepada:
a.
Peneliti mengajukan surat permohonan ijin
penelitian kepada Dekan FKIP Unlam Banjarmasin
b.
Berdasarkan
surat permohonan ijin penelitian tersebutu Dekan
memberikan surat
pengantar tertanggal 4 Desember 2007 dengan nomor: 696/HB.1.2/PP/2007 yang
ditujukan kepada Kepala Dinas Pendidikan Kab.Balangan.
c.
Berdasarkan
surat pengantar dari Dekan FKIP Unlam Banjarmasin tersebut, maka keluarlah
rekomendasi dari Kepala Dinas Pendidikan Kab.Balangan tertanggal 11 Desember
2007 dengan nomor: 00/24/Disdik/2007 yang intinya memberikan ijin penelitian di
sekolah SD Negeri Putat Basiun Kec.Awayan Kab.Balangan.
C.Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
Siklus I
Pelaksanaan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) pada pertemuan siklus I kali ini dimulai dengan:
1). Perencanaan
Penelitian ini akan
dilaksanakan di kelas V SD Negeri Putat Basiun Kec. Awayan Kab. Balangan dengan
pelaksanaan peneliti sendiri sebagai guru kelas V.
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode
pendekatan pemecahan masalah. Hal ini dmaksudkan agar siswa dapat menyelesaikan
soal cerita secara tepat dan mengurangi kesalahan dalam pengerjaan sehingga
hasil belajar yang diperoleh menjadi lebih baik.
Dalam pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) siklus
I ini akan dilaksanakan selama 2 (dua) kali pertemuan sesuai dengan jadwal
pelajaran matematika kelas V SD Negeri Putat Basiun, dengan jadwal sebagai
berikut;
Tabel I :
Jadwal Penelitian Siklus I
No
|
Hari/tanggal
|
Pertemuan
ke
|
Jumlah
jam
|
Kegitan yang dilakukan
|
Penilaian
|
1.
2
|
Kamis
Jumat
|
1
2
|
2
2
|
-
Latihan
penyelesaian soal cerita FPB
-
Pengerjaan soal cerita FPB dengan dua bilangan
-
Latihan
penyelesaian soal cerita FPB
- Pengerjaan
soal cerita FPB dengan dua bilangan atau lebih
|
Tes tertulis
Tes tertulis
|
2 ) Pelaksanaan
a. Pertemuan Pertama ( 2 x 35 menit)
- Persiapan
Pada tindakan kelas pertemuan pertama siklus I ini
dipersiapkan perangkat pembelajaran sebagai berikut
-
Menyusun
rencana pembelajaran matematika dengan pokok bahasan “ Soal Cerita FPB” dengan
topik menyelesaikan soal cerita FPB dengan dua bilangan
-
Membuat
alat evaluasi untuk mengukur kemampuan siswa dalam menguasai materi yang
dipelajari dan lembar observasi untuk mengamati proses pembelajaran
berlangsung.
- kegiatan Belajar Mengajar
a)
Pendahuluan
Tindakan peneliti (guru) pada kegiatan awal adalah
mengidentifikasi keadaan siswa.Kemudian guru memulai pelajaran yaitu
menginformasikan materi penunjang konsep FPB dan motivasi untuk belajar dengan
giat serta mengadakan tes awal selama kurang lebih 15 menit.
b) Kegiatan Inti
Peneliti menyampaikan materi secara singkat dan
memberikan contoh pengerjaan soal dengan langkah-langkah yang tepat disertai
dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan
yang mengarah pada pemahaman dan siswa memperhatikan penjelasan guru seperti:
Seorang pedagang memiliki mangga 80 biji dan duren 60
biji, buah-buah tersebut akan dimasukkan kedalam kantong plastik yang berisi
buah sama banyak.Berapa kantong yang diperlukan untuk semua buah tersebut dan
berapa banyak buah mangga dan duren
perkantung ?
Langkah pengerjaannya adalah:
Sebelum mengerjakan soal pahami dan baca soal dengan
lambat
sehingga informasi yang ada di
dalam soal dapat diketahui
seperti:
1.
Apa yang
diketahui seperti pedagang memiliki mangga 80 biji dan buah duren 60 biji
2.
Apa yang ditanyakan berapa banyak buah duren dan
buah mangga dalam setiap kantung?
Permasalahan tersebut dapat
diselesaikan dengan mencari atau menentukan FPB dari 80 dan 60 dan cara
pengerjaanya atau kalimat matematikanya adalah dengan cara faktorisasi prima,
80 =23 x 5
60= 22 x 3 x 5
Jadi FPB dari 80 dan 60 adalah
22 x 5 = 20
Maka kantong yang diperlukan
sebanyak 20 buah
Untuk menentukan
masing-masing buah perkantong adalah membagi jumlah masing-masing buah dengan
kantung yang diperlukan yaitu:
-
Untuk 80
buah mangga : 20 kantong = 4 buah
-
Untuk 60
buah duren : 20 kantong = 3 buah
-
Jadi perkantong terdapat 4 buah mangga dan 3 buah
duren.
-
Menugaskan siswa untuk mengerjakan soal- soal yang
ada pada Lembar Kerja Siswa (LKS) dan memberikan kesempatan kepada siswa secara
acak untuk mempersentasikan jawaban LKS serta menanggapi pertanyaan yang
diajukan oleh siswa lain. Guru bersama siswa
mengadakan tanya jawab sekitar materi yang dipelajari.
c). penutup
-
guru
bersama siswa menyimpulkan materi pembelajaran
-
Guru memberikan soal-soal evaluasi yang dikerjakan
secara individu
3). Hasil Tindakan Kelas
a.
Observasi
kegiatan pembelajaran
Hasil pengamatan atau observasi dari guru pamong atau
observer dalam kegiatan pembelajaran 2 x 35 menit yang sudah direncanakan
(instrumen terlampir) pada pertemuan pertama ini, dengan kesimpulan sebagai
berikut:
Bahwa aktivitas siswa dan guru dalam pembelajaran dengan
pendekatan pemecahan masalah termasuk dalam kualifikasi cukup baik yaitu 3.13
b.
Tes Hasil
belajar
1. Hasil pre tes dapat dilihat pada tabel di
bawah ini
Tabel 2
Nilai
Hasil Pre tes Pertemuan I
No
|
Rentang Nilai Tes
|
F
|
%
|
1
|
10
|
0
|
0
|
2
|
9
|
0
|
0
|
3
|
8
|
0
|
0
|
4
|
7
|
2
|
8
|
5
|
6
|
20
|
80
|
6
|
5
|
1
|
4
|
7
|
4
|
2
|
8
|
|
Jumlah
|
25
|
100
|
|
Nilai Rata-Rata
|
5,88
|
|
Dari tabel diatas
dapat diketahui bahwa rata-rata kelas siswa adalah 5,88 dengan perincian
sebagai berikut yang memperoleh nilai 7 sebanayak 2 orang (8%) dan merupakan
nilai tertnggi pada saat pre tes diadakan, nilai 6 terbanyak yang diperoleh
sebanyak 20 orang (80%) , nilai 5 sebanyak 1 orang (4%) dan nilai terrendah 4
dipeoleh 2 orang (8%).
2. Hasil pos tes
Dari hasil tes tertulis yang dilaksanakan diakhir proses
pembelajaran pertemuan pertama siklus I (instrumen terlampir) dengan 5 (lima ) soal objektif yang
bertujuan untuk mengukur kemampuan siswa menguasai materi pembelajaran dapat
disimpulkan sebagai berikut:
Tabel 3
Nilai Hasil Pos Tes Belajar Siswa Pertemuan I
No
|
Rentang Nilai Tes
|
F
|
%
|
1
|
10
|
0
|
0
|
2
|
9
|
0
|
0
|
3
|
8
|
6
|
24
|
4
|
7
|
8
|
32
|
5
|
6
|
10
|
40
|
6
|
5
|
0
|
0
|
6
|
4
|
1
|
4
|
|
Jumlah
|
25
|
100
|
|
Nilai Rata-Rata
|
6,6
|
|
Berdasarkan data tabel tersebut diatas diketahui nilai
tertinggi yang diperoleh adalah 8 sebanyak 6 orang (24%), nilai 7 sebanyak 8
orang (32%), kemudian nilai terbanyak diperoleh adalah 6 sebanyak 10 orang
(40%),sedangkan nilai terrendah 4 sebanyak 1 orang (4%). Adapun nilai rata -rata
kelas adalah 6,6.Ini berarti masih dibawah persyaratan yang ditetapkan 85% dari
jumlah siswa memperoleh nilai 70
Tabel 4
Data Ketuntasan Individual dan Ketuntasan
Klasikal Pertemuan I
Skor
|
Hasil Belajar
|
jumlah
|
% tuntas kalsikal
|
|
maksimum
|
tuntas (org)
|
Tidak Tuntas (org)
|
||
10
|
14
|
11
|
25
|
56
|
Ket:
Ketuntasan Individual : jika siswa mencapai
nilai ≥ 70
Ketuntasan klasikal : jika 85% dari seluruh siswa mencapai
ketuntasan individual
Berdasarkan data tabel diatas
dapat disimpulkan bahwa ketuntasan individual sebanyak 14 orang , sedangkan
ketuntasan klasikal hanya 56%.Ini berarti belum mencapai ketuntasan klasikal
yang ditetapkan yaitu 85% siswa mencapai ketuntasan individual.
b. Pertemuan
Kedua (2 x 35 Menit)
1. Persiapan.
Pada pertemuan kedua siklus I ini dipersiapkan perangkat
pembelajaran sebagai berikut:
a.
Menyusun
rencana pembelajaran matematika denganpokok bahasan “Soal Cerita” dengan topik
Menyelesaikan soal cerita FPB dengan dua bilangan atau lebih
b.
Mempersiapkan
lembar kerja siswa (LKS), alat evaluasi untuk mengukur kemampuan siswa dalam
menguasai materi yang telah dipelajari dan lembar observasi untuk mengamati
aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran serta aktivitas pada saat mengikuti
proses pembelajran selama 2 x 35 menit.
2. Kegiatan
Belajar Mengajar.
a). Pendahuluan.
Tindakan awal yang dilakukan peneliti pada pertemuan
kedua ini adalah mengidentifikasi keadaan siswa selanjutnya guru memulai
pelajaran dengan appersepsi dan motivasi siswa untuk giat belajar, menyampaikan
tujuan pembelajaran sesuai dengan indikator. Pada tindakan kedua ini tidak
diadakan pre tes karena materi yang disampaikan sama dengan materi sebelumnya
tetapi dengan bentuk soal yang berbada ( Soal cerita dengan dua bilangan atau
lebih) separti;
Rita membantu nenek memetik buah – buah di kebun diantaranya buah
jeruk 120 biji , mangga sebanyak 76 buah dan apel 48 buah. Buah-buah tersebut akan dimasukkan kedalam
beberapa kantung plastik dengan buah yang sama banyak . Kemudian dibagikan ke
beberapa tetangga.Berapa kantong plastik buah yang akan diperoleh oleh Rita dan nenek?
b).
Kegiatan Inti
1. Guru memberikan contoh soal dan langkah –
langkah penyelesaian sambil memberikan
pertanyaan yang mengarah pada pemahaman soal
2 Siswa memperhatikan penjelasan
guru tentang langkah-langkah penyelesaian soal cerita
Misalnya:
Seorang nelayan memperoleh hasil tangkapan melaut diantaranya ikan
tongkol 28 kg , ikan teri 84 kg ,ikan bandeng 12 kg dan udang 18 kg. Hasil tangkapan tersebut akan dijual
perkeranjang dengan ikan yang sama banyak. Berapa keranjang yang akan
disediakan oleh nelayan untuk semua hasil tangkapannya hari ini ?
Langkah penyelesaiannya adalah,
1.
Informasi
yang ada pada soal seperti nelayan mendapat hasil tangkapan 28 kg ikan tongkol,
84 kg ikan teri, 12 kg ikan bandeng, dan 18 kg udang
2.
Apa yang
ditanyakan.
3.
Bagaiman
kalimat matematika.
Tentukan FPB dari 28, 84, 12,
dan 18 dengan menggunakan pohon faktor
28 = 2 x2 x 7 84 = 2 x 2 x 3 x 7
|
|
|
|
|
|
|
|
12 = 2 x 2 x 3 18 = 2 x 3 x
3
|
|
|
|
|
|
|
|
Kita atur letaknya.
28 = 2 x 2 x 3
84 = 2 x 2 x 3 x 7
12 = 2 x 2 x 3
18 = 2 x 3 x 3
= 2 x 3
jadi FPB dari 28, 84, 12, 18 adalah 2 x 3 = 6
Maka keranjang yang diperlukan oleh nelayan tersebut adalah 6 buah
Atau dengan cara faktorisasi prima
28 = 2 x 2 x 3 = 22 x 3
84 = 2 x 2 x 3 x 7 = 22 x 3 x 7
12 = 2 x 2 x 3 = 22 x 3
18 = 2 x 3 x 3 = 2 x 33
INGAT!
FPB adalah perkalian faktor prima yang sama dengan
pangkat yang terkecil
Jadi FPB dari 28,84,12,18 = 2 x 3 = 6
3. Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya
tentang hal-hal yang belum dipahami.
4. Siswa ditugaskan untuk mengerjakan LKS II yang telah dibagi yang kemudian
memberikan kesempatan kepada siswa secara acak untuk mempersentasikan hasil
jawaban soal dan mengadakan tanya jawab
dengan siswa tentang hasil dari presentasi jawaban LKS II.
c). Penutup.
1. Guru bersama siswa menyimpulkan materi
pembelajaran.
2. Evaluasi dengan pemberian soal tes
berbentuk objektif sebanyak 5 soal yang ikerjakan
secara individu.
3).
Hasil tindakan Kelas
a. Observasi
Kegiatan Pembelajaran
Hasil pengamatan atau
observasi dari guru pamong atau observer dalam kegiatan pembelajaran 2 x 35
menit yang sudah direncanakan (instrumen terlampir) pada pertemuan pertama ini,
dengan kesimpulan sebagai berikut:
Bahwa aktivitas siswa dan guru dalam pembelajaran dengan
pendekatan pemecahan masalah termasuk dalam kualifikasi baik yaitu 3,61
b. Tes hasil belajar siswa
Berdasarkan hasil belajar tes tertulis siswa yang dilaksanakan pada
akhir proses pembelajaran pertemuan siklus I (instrumen terlampir) dari 5 (lima ) soal yang diberikan
dapat disimpulkan sebagai berikut:
Tabel 5
Nilai Pos tes Hasil
Belajar Siswa Pertemuan II
No
|
Rentang Nilai Tes
|
F
|
%
|
1
|
10
|
4
|
16
|
2
|
9
|
0
|
0
|
3
|
8
|
12
|
48
|
4
|
7
|
0
|
0
|
5
|
6
|
9
|
36
|
6
|
5
|
0
|
0
|
7
|
4
|
0
|
0
|
|
Jumlah
|
25
|
100
|
|
Nilai Rata-Rata
|
7,60
|
|
Berdasarkan
tabel di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:
Nilai tertinggi yang dipeoleh adalah 10 sebanyak 4
orang (!6%), nilai terbanyak yang diperoleh adalah 8 sebanyak 12 orang (48%)
dan nilai terendah yang diperoleh 6 sebanyak 9 orang (36%).
Dengan nilai rata-rata kelas 7,60. Hasil ini masih
belum memenuhi syarat tuntas belajar yang ditetapkan.85% siswa memperoleh nilai
≥ 70
Tabel 6
Data Ketuntasan Individual dan Ketuntasan
Klasikal Pertemuan II
Skor
|
Hasil Belajar
|
jumlah
|
% tuntas kalsikal
|
|
maksimum
|
tuntas (org)
|
Tidak Tuntas (org)
|
||
10
|
16
|
9
|
25
|
64
|
Ket:
Ketuntasan Individual : jika siswa mencapai
nilai ≥ 70
Ketuntasan klasikal : jika 85% dari seluruh siswa mencapai
ketuntasan individual
Berdasarkan data tabel diatas
dapat disimpulkan bahwa ketuntasan individual sebanyak 16 orang , sedangkan
ketuntasan klasikal hanya 64%.Ini berarti belum mencapai ketuntasan klasikal
yang ditetapkan yaitu 85% siswa mencapai ketuntasan individual, namun sudah ada
perbaikan kearah yang lebih baik yaitu
peningkatan klasikal sebesar 1% dari tindakan pertama.
Adapun peningkatan atau
perkembangan nilai hasil belajar siswa keseluruhan siklus I dapat dilihat pada
berikut ini:
Tabel 7
Data Hasil belajar
Keseluruhan Siklus I
No
|
Rentang
|
Pre tes
|
Siklus I
|
|||
Nilai
|
PTM I
|
PTM II
|
||||
F
|
%
|
F
|
%
|
|||
1
|
10
|
-
|
0
|
0
|
4
|
16
|
2
|
9
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
3
|
8
|
-
|
6
|
24
|
12
|
24
|
4
|
7
|
2
|
-
|
-
|
-
|
-
|
5
|
6
|
20
|
10
|
40
|
9
|
36
|
6
|
5
|
1
|
-
|
-
|
-
|
-
|
7
|
4
|
2
|
1
|
4
|
-
|
-
|
Nilai rata-rata
|
5,88
|
6,60
|
7,60
|
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa nilai
rata-rata hasil belajar pada pre tes pertemuan I adalah 5,9. Nilai rata-rata
hasil belajar pertmuan I adalah 6,6 dan nilai rata-rata hasil belajar pertemuan
II adalah 7,6. Data tersebut dapat disusun grafiknya sebagai berikut:
Grafik 1
Data Hasil belajar
Keseluruhan siklus I
Sedangkan ketuntasan individual dan
ketuntasan klasikal secar keseluruhan siklus I adalah sebagai berikut :
Tabel 8
Data ketuntasan individual dan ketuntasan
klasikal
Skor Maksimum
|
Hasil Belajar
|
Jumlah % Tuntas
|
||||
Tuntas (orang )
|
Tidak Tuntas (
orang )
|
Klasikal
|
||||
Pertemuan I
|
Pertemuan II
|
Pertemuan I
|
Pertemuan II
|
Pertemuan I
|
Pertemuan II
|
|
10
|
14
|
16
|
11
|
9
|
56
|
64
|
Berdasarkan table diatas dapat disusun
grafik sebagai berikut:
Grafik 2
Data Ketuntasan Individual dan Data Ketuntasan Klasikal
4) Refleksi Tindakan Kelas siklus I
Berdasarkan hasil observasi
kegiatan pembelajaran dan analisis tes hasil belajar tindakan kelas pertemuan
pertama dan kedua siklus I ini, maka dapatlah direfleksikan hal-hal sebagai
berikut:
a.
Kendala
atau hambatan yang ditemui.
1)
Masih
banyak siswa yang belum menguasai tentang konsep FPB dan kurangnya pemahaman bahasa matematika yang ada
pada soal sehingga berdampak kepada penyelesaian soal cerita .
2)
Siswa
enggan untuk bertanya jika ada materi yang dipelajari belum dipahami.
3)
Kegiatan
pembelajaran belum efektif hal ini terlihat dari tahapan-tahapan yang belum
dilaksanakan sesuai rencana, seperti meminta siswa menjawab pertanyaan dan
mengeluarkan pendapat, menghubungkan atau mengulang pelajaran yang lalu serta
tidak menghindari penundaan kegiatan selama pembelajaran sehingga ada tahapan
yang kelebihan waktu.
4)
Waktu yang
tidak dikelola dengan efektif berakibat dari penambahan waktu menggangu jadwal
pelajaran yang lain.
5)
Dalam penyampaian materi dan penyelesaian soal
guru lebih dominan perananya.
b.
Langkah-langkah rencana tindakan perbaikan.
1.
Sebelum memulai
pelajaran hendaknya ada pengulangan materi konsep FPB sebagai materi penunjang karena
ini berkaitan dengan langkah
penyelesaian soal cerita .
2.
Siswa dalam mengerjakan lembar kerja harus berdampingan dengan buku paket
3.
Membiasakan siswa untuk bertanya kepada guru atau
teman jika ada materi yang belum dipahami dan berani mempersentasikan hasil
kerjanya ke depan kelas tanpa merasa malu
c.
Kemajuan
dari kegiatan pembelajaran
1.
Dalam
kegiatan pembelajaran dengan pendekatan pemecahan masalah ternyata dapat
membantu siswa meningkatkan pemahaman dan hasil belajar dalam menyelesaikan
soal cerita FPB.
2.
Kegiatan
pembelajaran yang dilakukan dalam dua kali pertemuan untuk siklus pertama ini
ada peningkatan di mana pada pertemuan pertama rata-rata nilai yang diperoleh
sebesar 6,60 dan pertemuan kedua rata-rata nilai sebesar 7,60 hal ini mengindikasikan
adanya kemajuan atau peningkatan hasil belajar walaupun kecil yaitu sebesar 1%
d.
Tindakan dilanjutkan pada siklus berikutnya.
D. Pelaksanaan Penelitian
Tindakan Kelas Siklus II
1. Perencanaan
Dalam pelaksanaan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) siklus II ini akan dilaksanakan selama 2 (dua) kali pertemuan
sesuai dengan jadwal pelajaran matematika kelas V SD
Negeri Putat Basiun, dengan jadwal swebagai berikut;
Tabel 9
Jadwal Pelaksanaan Penelitian Tindakan
Kelas Siklus II
No
|
Hari/tanggal
|
Pertemuan
ke
|
Jumlah
jam
|
Kegitan yang dilakukan
|
Penilaian
|
1.
2
|
Sabtu
Senin
10 -12-2007
|
1
2
|
2
2
|
-
Latihan
penyelesaian soal cerita KPK
-
Pengerjaan soal cerita KPK dengan dua bilangan
-
Latihan
penyelesaian soal cerita KPK
Pengerjaan soal cerita KPK dengan dua bilangan
atau lebih
|
Tes tertulis
Tes tertulis
|
2 Pelaksanaan
a. Pertemuan
Pertama ( 2 x 35 menit)
1. Persiapan
Pada tindakan kelas pertemuan pertama siklus II ini
dipersiapkan perangkat pembelajaran sebagai berikut
-
Menyusun
rencana pembelajaran matematika dengan pokok bahasan “ Soal Cerita KPK” dengan
topik menyelesaikan soal cerita KPK dengan dua bilangan
-
Membuat lembar peraga berupa soal latihan dan
lembar kerja siswa (LKS)
-
Membuat alat evaluasi untuk mengukur kemampuan
siswa dalam menguasai materi yang dipelajari dan lembar observasi untuk
mengamati proses pembelajaran berlangsung.
2. Kegiatan Belajar Mengajar
a)
Pendahuluan
Tindakan peneliti (guru) pada kegiatan awal adalah
mengidentifikasi keadaan siswa.Kemudian guru memulai pelajaran dengan
menyampaikan materi penunjang yaitu konsep KPK dan motivasi siswa untuk rajin
belajar dan pantang menyerah, menyampaikan tujuan pembelajaran sesuai indikator
dan mengadakan tes awal untuk mengetahui
kemampuan dasar siswa.
b) Kegiatan Inti
- Peneliti menyampaikan materi secara singkat
dan memberikan contoh soal dan langkah-langkah pengerjaannya sambil memberikan
pertanyaan yang mengarah kepada pemahaman siswa terhadap soal yang diberikan dan
siswa memperhatikan penjelasan guru
seperti:
Ayah pulang dari kota setiap 24 hari sekali. Paman
pulang dari kota setiap 48 hari sekali.Hari ini ayah dan paman bertemu di
rumah. Berapa hari lagi ayah dan paman bertemu saat pulang bersama?
1.
Mencari informasi yang ada pada soal .
2.
Apa yang
ditanyakan
3.
Bagaimana
kalimat matematikanya dan penyelesaiannya.
Langkah pengerjaannya adalah:
24 = 2 x 2 x 2 x 3 48 = 2 x 2 x 2 x 2
x 3
|
|
|
|
Kita urutkan
letaknya:
24 = 2 x 2 x 2
x 3
48 = 2 x 2 x 2 x 2 x 3
= 2 x 2 x 2 x 2 x 3
= 24 x 3
= 48
-
Atau tentukan KPK dari 24 dan 48 tanpa mengurutkan letaknya
dengan cara faktorisasi prima
24 = 23 x 3
48 = 24 x 3
- Jadi
KPK dari 8 dan 12 adalah 24 x 3 = 48
- Maka ayah dan paman
pulang secara bersama-sama setiap 48 hari sekali.
- memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya jika ada materi yang belum dipahami
-
Menugaskan
siswa untuk mengerjakan soal- soal yang ada pada Lembar Kerja Siswa (LKS III)
dan guru memantau siswa yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran dan
memberikan bimbingan. Memberikan kesempatan kepada siswa secara acak untuk
mempersentasikan hasil jawaban LKS, guru bersama siswa melakukan tanya jawab
tentang sekitar materi yang telah dipelajari.
c)
penutup
-
guru
membimbing siswa menyimpulkan materi pembelajaran
-
Guru memberikan soal-soal evaluasi yang dikerjakan
secara individu
3 Hasil Tindakan Kelas
a.
Observasi
kegiatan pembelajaran
Hasil pengamatan atau observasi dari guru pamong atau
observer dalam kegiatan pembelajaran 2 x 35 menit yang sudah direncanakan
(instrumen terlampir) pada pertemuan pertama ini, dengan kesimpulan sebagai
berikut:
Hasil pengamatan atau observasi dari guru pamong atau
observer dalam kegiatan pembelajaran 2 x 35 menit yang sudah direncanakan
(instrumen terlampir) pada pertemuan pertama ini, dengan kesimpulan sebagai
berikut:
Bahwa aktivitas siswa dan guru dalam pembelajaran dengan
pendekatan pemecahan masalah termasuk dalam kualifikasi baik yaitu 3,52
b. Tes
Hasil belajar
1.
Hasil pre tes dapat dilihat pada tabel di bawah ini,
Tabel 10
Nilai Hasil Pre Tes Pertemuan
I Siklus II
No
|
Rentang Nilai Tes
|
F
|
%
|
1
|
10
|
0
|
0
|
2
|
9
|
0
|
0
|
3
|
8
|
13
|
52
|
4
|
7
|
0
|
0
|
5
|
6
|
9
|
36
|
6
|
5
|
0
|
0
|
7
|
4
|
3
|
12
|
|
Jumlah
|
25
|
100
|
|
Nilai Rata-Rata
|
6,80
|
|
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa rata-rata kelas
siswa adalah 6,88 dengan perincian sebagai berikut yang memperoleh nilai 8
sebanayak 13 orang (52 %) dan merupakan nilai tertinggi dan terbanyak yang
diperoleh pada saat pre tes diadakan, nilai 6 yang diperoleh sebanyak 9 orang
(36 %) , dan nilai terrendah 4 dipeoleh 3 orang (12 %).
2. Hasil pos tes
Dari hasil tes tertulis yang dilaksanakan diakhir proses
pembelajaran pertemuan pertama siklus I (instrumen terlampir) dengan 5 (lima ) soal objektif yang
bertujuan untuk mengukur kemampuan siswa menguasai materi pembelajaran dapat
disimpulkan sebagai berikut:
Tabel 11
Nilai Hasil Pos Tes Belajar Siswa
Pertemuan I Siklus II
No
|
Rentang Nilai Tes
|
F
|
%
|
1
|
10
|
5
|
20
|
2
|
9
|
0
|
0
|
3
|
8
|
13
|
52
|
4
|
7
|
2
|
8
|
5
|
6
|
5
|
20
|
6
|
5
|
0
|
0
|
7
|
4
|
0
|
0
|
|
Jumlah
|
25
|
100
|
|
Nilai Rata-Rata
|
7,92
|
|
Berdasarkan data tabel tersebut diatas diketahui nilai
tertinggi diperoleh adalah 10 sebanyak 5 orang (20%), nilai 8 sebanyak 13 orang
(32%), kemudian nilai 7 diperoleh
sebanyak 2 orang (8%),sedangkan nilai terrendah 6 sebanyak 5 orang (20%).
Adapun nilai rata -rata kelas adalah 7,92 .Ini berarti ada peningkatan hasil
belajar siswa kearah positif secara individu .
Tabel 12
Data Ketuntasan Individual dan Ketuntasan
klasikal Pertemuan I Siklus II
Skor
|
Hasil Belajar
|
jumlah
|
% tuntas kalsikal
|
|
maksimum
|
tuntas (org)
|
Tidak Tuntas (org)
|
||
10
|
20
|
5
|
25
|
80
|
Ket:
Ketuntasan Individual : jika siswa mencapai
nilai ≥ 70
Ketuntasan
klasikal : jika 85% dari seluruh siswa
mencapai ketuntasan individual.
Berdasarkan data tabel diatas
dapat disimpulkan bahwa ketuntasan individual sebanyak 20 orang , sedangkan
ketuntasan klasikal hanya 80%.Ini berarti belum mencapai ketuntasan klasikal
yang ditetapkan yaitu 85% siswa mencapai ketuntasan individual tetapi sudah ada peningkatan ketuntasan klasikal
dari tindakan sebelumnya.
b. Pertemuan Kedua (2 x 35 Menit).
1. Persiapan
Pada tindakan yang dilkaukan peneliti pada tahap
persiapan kali ini adalah
sebagai berikut:
a. Menyusun rencana pembelajaran matematika
dengan pokok bahasan “Soal Cerita” dengan topik
Menyelesaikan soal cerita KPK dengan dua bilangan atau lebih.
b.
Mempersiapkan lembar kerja siswa (LKS), alat
evaluasi untuk mengukur kemampuan siswa dalam menguasai materi yang telah
dipelajari dan lembar observasi untuk mengamati aktivitas guru dalam mengelola
pembelajaran serta aktivitas pada saat mengikuti proses pembelajran selama 2 x
35 menit.
c.
Menyiapkan lembar analisis hasil evaluasi.
2. Kegiatan Belajar
Mengajar
a). Pendahuluan
Tindakan awal yang dilakukan peneliti pada pertemuan
kedua ini adalah mengidentifikasi keadaan siswa selanjutnya guru
memulai pelajaran dengan appersepsi dan motivasi serta
menghubungkan pelajaran yang telah lalu dengan materi yang akan disampaikan
sebagai materi penunjang, tanpa melakukan tes awal karena materi yang
disampaikan sama dengan pertemuan pertama
b)
Kegiatan
Inti
1. Guru memberikan contoh soal dan langkah –
langkah pengerjaan sambil memberikan pertanyaan yang mengarah pada pemahaman
siswa terhadap soal yang diberikan sedangkan siswa memperhatikan penjelasan
guru.
Misalnya:
Lampu A menyala setiap 16 detik, kemudian padam.
Sedangkan lampu B menyala setiap 24 detik. Pada detik keberapa lampu menyala
bersamaan ?
Langkah penyelesaiannya adalah
a.
Mencari informasi yang ada pada soal
b.
Apa yang
ditanyakan
c.
Bagaimana
kalimat matematikanya dan penyelesaiannya
Tentukan KPK dari 16, 24, mengunakan pohon faktor
16 = 2 x2 x 2 x 2 = 24 24 = 2 x 2 x 3 x 7 = 22 x3x7
|
|
|
|
Jadi KPK dari 16 dan 24 adalah 24x3x7
= 336
Maka, pada detik ke - 336 lampu akan menyala bersamaan.
INGAT !
KPK adalah perkalian semua faktor dengan pangkat terbesar.
2. Siswa diberikan kesempatan
untuk bertanya tentang hal-hal yang belum dipahami.
3. Siswa ditugaskan untuk mengerjakan LKS yang telah dibagi , guru memberkan
bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran.Siswa
diberikan kesempatan untuk mempersentasikan jawaban soal kep papan tulis yang kemudian dilanjutkan
tanya jawab tentang langkah – langkah penyelesaian LKS III.
c) Penutup
1. Guru
bersama siswa menyimpulkan materi pembelajaran
2. Evaluasi dengan pemberian soal tes berbentuk
objektif sebanyak 5 soal yang dikerjakan secara individu
3). Hasil
tindakan Kelas
a. Observasi Kegiatan Pembelajaran
Hasil pengamatan atau
observasi dari guru pamong atau observer dalam kegiatan pembelajaran 2 x 35
menit yang sudah direncanakan (instrumen terlampir) pada pertemuan pertama ini,
dengan kesimpulan sebagai berikut:
Bahwa aktivitas siswa dan guru dalam pembelajaran dengan
pendekatan pemecahan masalah termasuk dalam kualifikasi istimewa yaitu 4,21
b. Tes hasil belajar siswa
Berdasarkan hasil belajar tes tertulis siswa yang
dilaksanakan pada akhir proses pembelajaran pertemuan siklus I (instrumen
terlampir) dari 5 (lima )
soal yang diberikan dapat disimpulkan sebagai berikut:
Tabel 13
Nilai Pos Tes Hasil Belajar Siswa Pertemuan II Siklus II
No
|
Rentang Nilai Tes
|
F
|
%
|
1
|
10
|
6
|
24
|
2
|
9
|
0
|
0
|
3
|
8
|
17
|
68
|
4
|
7
|
0
|
0
|
5
|
6
|
2
|
8
|
6
|
5
|
0
|
0
|
7
|
4
|
0
|
0
|
|
Jumlah
|
25
|
100
|
|
Nilai Rata-Rata
|
8,32
|
|
Berdasarkan tabel di atas
dapat disimpulkan sebagai berikut:
Nilai tertinggi yang dipeoleh
adalah 10 sebanyak 6 orang (24%), nilai terbanyak yang diperoleh adalah 8
sebanyak 17orang (68%) dan nilai terendah yang diperoleh 6 sebanyak 2 orang (8%).
Dengan nilai rata-rata kelas 8,32. Dan hasil ini
telah melebihi indikator sekolah yaitu 80% siswa memperoleh nilai rata-rata 7,8
sebanyak 23 orang
Tabel 14
Data Ketuntasan Individual dan Ketuntasan
Klasikal Pertemuan II Siklus II
Skor
|
Hasil Belajar
|
jumlah
|
% tuntas kalsikal
|
|
maksimum
|
tuntas (org)
|
Tidak Tuntas (org)
|
||
10
|
23
|
2
|
25
|
92
|
Ket:
Ketuntasan Individual : jika siswa mencapai
nilai ≥ 70
Ketuntasan
klasikal : jika 85% dari seluruh siswa
mencapai ketuntasan individual
Berdasarkan data tabel diatas
dapat disimpulkan bahwa ketuntasan individual sebanyak 23 orang , sedangkan
ketuntasan klasikal hanya 92%.Hal ini menunjukan bahwa ketuntasan klasikal telah
tercapai dan melebihi standar ketuntasan belajar klasikal yang ditetapkan oleh
kurikulum matematika yaitu 85% siswa mencapai ketuntasan individual.
Adapun data peningkatan atau
perkembangan nilai hasil belajar siswa keseluruhan siklus II dapat dilihat pada table berikut ini:
Tabel 15
Data Hasil Belajar
Keseluruhan Siklus II
No
|
Rentang
|
Pre tes
|
Siklus I
|
|||
Nilai
|
PTM I
|
PTM II
|
||||
F
|
%
|
F
|
%
|
|||
1
|
10
|
-
|
5
|
20
|
6
|
24
|
2
|
9
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
3
|
8
|
13
|
13
|
52
|
17
|
68
|
4
|
7
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
5
|
6
|
9
|
5
|
20
|
2
|
8
|
6
|
5
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
7
|
4
|
3
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Nilai rata-rata
|
6.80
|
7.92
|
8.32
|
Berdasarkan data diatas dapat disusun grafik
sebagai berikut
Grafik 3
Data Hasil Belajar Keseluruhan Siklus II
Sedangkan data ketuntasan individual dan ketuntasan klasikal secara
keseluruhan pada siklus II adalah sebagai berikut :
Tabel 16
Data Ketuntasan Individual dan Ketuntasan
Klasikal Siklus II
Skor Maksimum
|
Hasil Belajar
|
Jumlah % Tuntas
|
||||
Tuntas (orang )
|
Tidak Tuntas (
orang )
|
Klasikal
|
||||
Pertemuan I
|
Pertemuan II
|
Pertemuan I
|
Pertemuan II
|
Pertemuan I
|
Pertemuan II
|
|
10
|
20
|
23
|
5
|
2
|
80
|
92
|
Berdasarkan data table di atas dapat disusun
grafik sebagai berikut:
Grafik 4
Data ketuntasan Individual dan Ketuntasan
Klasikal
4. Refleksi
Tindakan Kelas siklus II
Berdasarkan hasil observasi
kegiatan pembelajaran dan analisis tes hasil belajar tindakan kelas pertemuan
pertama dan kedua siklus II ini, maka dapatlah direfleksikan hal-hal sebagai
berikut:
Bahwa dalam pelaksanaa
tindakan pada pertemuan I dan II pada siklus II ini peneliti tidak mengalami
kendala yang berarti dan melalui pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
pemecahan masalah dapat meningkatkan hasil belajar siswa menyelesaikan soal
cerita KPK hal ini mengindikasikan bahwa dengan pemahaman kalimat soal dapat
menetukan cara penyelesaian soal dengan baik dan bimbingan yang tepat dari guru
terutama kepada siswa yang mengalami kesulitan.
Dari hasil analisa terhadap hasil akhir secara umum
menunjukan bahwa ternyata setelah dilaksanakan penelitian tindakan kelas dengan
metode pendekatan pemecahan masalah dalam proses pembelajaran hasil belajar
siswa mengalami peningkatan. Hal ini terbukti dari perolehan nilai 92% dari 25 orang siswa memperoleh nilai
rata-rata sama atau diatas dari yaitu
dengan rata-rata kelas sebesar 8,32. Hasil ini melebihi dari indikator yang
telah ditetapkan.
Jadi penelitian tindakan kelas dengan pendekatan pemecahan masalah
dapat meningkatkan hasil belajar siswa menyelesaikan soal cerita FPB dan KPK di
kelas V SDN Putat Basiun Awayan.
Adapun untuk mengetahui peningkatan atau perkembangan
nilai hasil belajar siswa dari pertemuan pertama sampai pertemuan keempat dapat
dilhat pada tabel berikut ini:
Tabel 17
Nilai Tes Hasil Belajar Siklus I dan
Siklus II
No
|
Rentang
|
Pre tes
|
Siklus I
|
Pre tes
|
Siklus II
|
||||||
Nilai
|
PTM I
|
PTM II
|
PTM I
|
PTM II
|
|||||||
F
|
%
|
F
|
%
|
F
|
%
|
F
|
%
|
||||
1
|
10
|
-
|
0
|
0
|
4
|
16
|
-
|
5
|
20
|
6
|
24
|
2
|
9
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
3
|
8
|
-
|
6
|
24
|
12
|
24
|
13
|
13
|
52
|
17
|
68
|
4
|
7
|
2
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
5
|
6
|
20
|
10
|
40
|
9
|
36
|
9
|
5
|
20
|
2
|
8
|
6
|
5
|
1
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
7
|
4
|
2
|
1
|
4
|
-
|
-
|
3
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Nilai rata-rata
|
5,88
|
6,60
|
7,60
|
6,80
|
7,92
|
8,32
|
Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa
perolehan nilai rata-rata saat pre tes “5,9”, hasil tes belajar pada pertemuan
I siklus I nilai rata-ratanya “ 6,6”, hasil tes pertemuan II siklus I adalah”
7,6 “sedangkan rata-rata nilai pada siklus II pertemuan I adalah “7,9” dan
pertemuan II adalah” 8,3” dengan hasil nilai pre tes yang diadakan pada awal
tindakan siklus II yaitu “6,8”.
Dengan demikian hasil in telah melebihi dari indikator
yang telah ditetapkan yaitu 80% siswa memperoleh nilai ≥ 70
|
Berdasarkan tabel
diatas dapat disusun grafik tentang peningkatan hasil belajar siswa sebagai berikut:
Grafik 5
Data Hasil Belajar
Keseluruhan Siklus
Dari grafik tersebut
diatas menunjukan adanya peningkatan nilai hasil belajar dari waktu ke waktu
baik dimulai dari pertemuan pertama hingga pertemuan keempat yang merupakan
akhir dari siklus.
E. Analisis Dan Pembahasan
E.1Pelaksanaan Siklus I
Penggunaan pendekatan pemecahan masalah yang peneliti terapkan dalam pembelajaran
guna meningkatkan hasil belajar siswa ternyata membantu siswa dalam
menyelesaikan soal cerita melalui pemahaman kalimat soal kedalam operasi hitung menunjukan perbaikan atau peningkatan hasil
belajar siswa. Meskipun belum memperoleh hasil yang maksimal. Hal ini
dikarenakan siswa belum menguasai konsep FPB sehingga ketika menyelesaikan soal
cerita siswa mengalami kesulitan untuk itu adanya penguasaan konsep FPB dan pemahaman dari maksud atau bahasa soal, mencari
informasi apa saja yang ada disoal, sehingga dapat menentukan langkah
penyelesaian yang tepat pada soal.
Pada pertemuan pertama siklus I dari waktu yang
ditetapkan selam 70 menit terpaksa molor menjadi 85 menit sebagai dampak
lambannya siswa menyelesaikan tugas yang diberikan.
Meskipun demikian dengan
bimbingan untuk memahami soal secara pelan dengan meneliti informasi apa saja
yang ada dalam soal ternyata mampu memberi dampak positif terhadap perkembangan
belajar siswa meskipun belum maksimal.
E.2 Pelaksanaan Siklus II
Belajar dari pengalaman pelaksanaan penelitian
tindakanan kelas siklus I dan melihat hasil akhir dari tes siklus I yang cukup
baik maka atas dasar hasil tersebut peneliti pada siklus II ini menerapkan
sistem pembelajaran yang sama seperti pada siklus I yaitu penguasaan konsep dan
penerapan pemahaman bahasa soal ke dalam operasi hitung soal merupakan syarat
dalam penyelesaian soal cerita dengan benar dan cepat.
Berdasarkan hasil analisis tes dan observasi diperoleh
peningkatan yang cukup signifikan bila dibandingkan dengan hasil tes akhir pada
siklus I yaitu dari tes awal siklus I
rata - rata kelas “5,88” menjadi “8,32”
pada akhir pertemuan siklus II.
Hal ini menunjukan bahwa dengan penggunaan pendekatan
pemecahan masalah dalam PBM dapat membantu siswa untuk meningkatkan hasil
belajar dalam menyelesaikan soal cerita FPB dan KPK.
Atas dasar hasil penilaian tes akhir secara keseluruhan
inilah peneliti mengakhiri penelitian tindakan kelas V di SDN Putat Basiun
Kecamatan Awayan Kabupaten Balangan dengan kesimpulan apabila digunakan pendekatan
pemecahan masalah maka dapat meningkatkan hasil belajar siswa Kelas V SDN Putat
Basiun dalam menyelesaikan soal cerita FPB dan KPK.
Dengan Demikian hipotesis yang berbunyi: Jika diterapkan
pendekatan pemecahan masalah maka hasil belajar siswa kelas V SDN Putat Basiun
dalam menyelesaikan soal cerita FPB dan KPK akan lebih baik dapat diterima.
BAB V
PENUTUP
A.Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian pada siswa kelas V SDN
Putat Basiun Kecamatan Awayan Kabupaten Balangan dengan materi Menyelesaikan
Soal Cerita FPB dan KPK dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.
Hasil
belajar berdasarkan hasil tes belajar
secara tertulis setelah menerapkan pendekatan pemecahan masalah, rata-rata
hasil belajar siswa meningkat.
2.
Siswa
dalam menyelesaikan soal sudah cukup sistematis dan kreatif .
3.
Berdasarkan
hasil observasi aktivitas guru pada saat pengelolaan pembelajaran dan aktivitas siswa saat
mengikuti proses pembelajaran berada pada kualifikasi cukup baik .
B.Saran-saran
Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan
yang telah diuraikan dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:
1.
Penarapan
pembelajaran pendekatan pemecahan masalah hendaknya ditunjang dengan buku-buku
yang dijadikan sumber dalam kegiatan pembelajaran, terutama yang menyangkut
dengan materi prasyarat atau penunjang sehingga proses pmbelajaran dapat
berlangsung lebih baik dan bermakna.
2.
Kepada
siswa hendaknya tidak mudah menyerah dan selalu berusaha setiap menemui soal
atau tugas yang sulit
3.
Kepada guru
yang mengalami kesulitan yang sama dalam menyajikan materi tentang soal cerita
diharapkan dapat menggunakan pendekatan pemecahan masalah sebagi alternatif.
4.
Kepada
kepala sekolah dan pengawas selalu membina dan membimbing guru dapat bekerja
sama dengan guru serta memberikan masukakan agar guru menggunakan pendekatan
pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika ( menyelesaikan soal cerita )
DAFTAR
PUSTAKA
Abdullah, Solichin. 2004. Pembelajaran Pemecahan
Masalah matematika. Fasilitator IV, Jakarta
Hasan, Chalijah. 1994. Perencanaan Pengajaran.
Al- Ikhlas, Surabaya .
Hairiah. 2007. Implementasi Model pembelajaran Kooperatif Tipe
STAD Dengan Bantuan Alat Peraga Dalam Pembelajaran Luas Bangun Datar Pada Siswa
Kelas V SDN Sungai Lulut I Kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten Banjar
TahunPelajaran 2006/ 2007. Skripsi Program S-I PGSD Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin. Tidak
diterbitkan
Karso, dkk. 1993. Dasar-Dasar Mipa.
Universitas Terbuka. Depdikbud, Jakarta.
Muhamad, Abu Bakar. 1981.
Pedoman Pendidikan Dan Pengantar
Pendidikan. Usaha
Nasional, Surabaya.
Marsam,Leonardo D dkk.
1983. Kamus Praktis Bahasa Indonesia. Karya
Utama, Surabaya
Permatasari, Nina.Nur Rachmah, Dwi. 2005. Psikologi Belajar Anak Sekolah Dasar.
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.Universitas Lambung Mangkurat,
Banjarmasin. Tidak diterbitkan.
Prayitno, Edi. 2003. Penulisan Karya Ilmiah Dan
penelitian Tindakan Kelas, Diknas, Jakarta.
Slamento. 1987. Belajar
dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Rineke
Cipta Salatiga
Sudjana, Nana .2006. Penilaian Hasil Proses
Belajar Mengajar. Remaja Rosdakarya, Bandung
Suhud, Abdul. 2006. Meningkatkan Hasil belajar
Perkalian Siswa Kelas 3 SDN Pulau Sawangi I Kecamatan Alalak Kabupaten Barito
Kuala Melalui Tehnik Permainan. Laporan Penelitian Tindakan Kelas. Lembaga Penelitian Universita Lambung
Mangkurat. Tidak diterbitkan.
Suwarsih,Eka .2007. Meningkatkan Partisipasi Dan
Hasil Belajar Konsep menghitung Volume Tabung Dan Volume Balok Pada Siswa Kelas
V SDN LandasanUlin Barat I Dengan Menggunakan Pendekatan Kooperatif Tipe STAD. Laporan
Penelitiaan Tindakan Kelas. Program SI PGSD UPBJJ Universitas Terbuka Banjarmasin PokJar
Banjarbaru. Tidak diterbitkan
Sunarno. 2007. Pemecahan Masalah Pembelajaran
Matematika SD. Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan. Universitas Lambung
Mangkurat, Banjarmasin .
Tidak diterbitkan.
Usman, Uzer.
2003. Menjadi Guru Profesional. Remaja Rosdakarya, Bandung
Wibawa, Basuki. 2003.
Penelitian Tindakan Kelas. Departeman Pendidikan Nasional, Jakarta .
Winataputra,Udin S, dkk. 2004. Strategi
Belajar Mengajar. Universitas Terbuka,
Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar