PROFILE SDN PUTAT BASIUN

PROFILE SDN PUTAT BASIUN
SDN PUTAT BASIUN

Sabtu, 31 Oktober 2015

PTK Teknik Structure Head Number

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG
Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginative yang ada dalam dirinya
Kegiatan berbahasa yang berupa memahami bahasa yang dihasilkan orang lain melalui sarana lisan atau pendengaran merupakan kegiatan yang paling pertama yang dilakukan manusia. Keadaan itu sudah terlihat sejak manusia masih bayi. Bayi manusia yang belum mampu menghasilkan bahasa, sudah akan terlihat dalam kegiatan mendengarkan dan usaha memahami bahasa orang-orang di sekitarnya. Dalam belajar bahasa asingpun kegiatan pertama yang dilakukan pelajar adalah menyimak bunyi-bunyi bahasa yang dipelajari, baik yang berupa ucapan langsung maupun melalui sarana rekaman
Fungsionalnya kegiatan menyimak ini dapat terlihat dari kehidupan sehari-hari kita yang dihadapkan dengan berbagai kesibukan menyimak. Contohnya dalam dialog antar anggota keluarga, percakapan antar teman, aktifitas pendidikan di sekolah dan masih banyak lagi kegiatan lain yang melibatkan kegiatan menyimak. Selain itu fungsionalnya kegiatan menyimak bagi kehidupan manusia karena kegiatan menyimak mempunyai peran yang sangat penting.
Namun dalam pelaksanaan pembelajaran disekolah,khususnya bahasa Indonesia, pembelajaran dan tes menyimak kurang mendapat perhatian semua guru bahasa secara khusus. Para guru belum membelajarkan sekaligus menguji kemampuan menyimak peserta didik dalam suatu periode tertentu.
Berdasarkan wawancara dan observasi yang dilakukan penulis, diperoleh informasi dari pihak guru bahwa meskipun sudah menggunakan kurikulum KTSP namun dalam pelaksanaannya masih jauh dari sempurna.
Selain itu, minat peserta didik yang masih kurang dan masih menggunakan metode ceramah sehingga menyebabkan hasil belajar yang dicapai masih rendah dan sudah terbiasanya peserta didik dengan penggunaan metode ceramah. Dengan keadan yang seperti itu menjadikan peserta didik sulit diajak untuk mengubah cara pembelajaran tersebut dengan metode yang baru. Contohnya, ketika guru mencoba menerapkan sistem diskusi pada pembelajaran menyimak dengan tujuan untuk mengaktifkan peserta didik dan peserta didik bebas berpendapat, namun kebanyakan mereka gaduh dengan teman diskusinya, sehingga pokok pembahasan keluar dari pokok pembahasan yang diberikan. Menghadapi situasi ini, akhirnya guru lebih memilih kembali pada metode ceramah. Sebenarnya permasalahan ini dapat diatasi dengan kekreatifan seorang guru dalam menyiasati suatu permasalahan dalam suatu pembelajaran dan pemahaman seorang guru tentang diri peserta didik dengan berbagai macam keunikannya dan karakteristiknya. Hendaknya guru dapat menciptakan suatu metode baru yang lebih ringan dan menyenangkan untuk pembentukan dan menanamkan jiwa aktif dan percaya diri pada peserta didik.
Berdasarkan informasi diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menyimak yang dilakukan di Kelas V SDN uungan kecamatan Awayan Kabupaten Balangan, kurang mendapat perhatian dari peserta didik maupun guru. Dengan kondisi seperti itu, maka pembelajaran menyimak cenderung diabaikan dalam pembelajaran bahasa yang lain. padahal dalam kegiatan menyimak seseorang dapat menyerap informasi penting yang didengarnya. Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa keterampilan menyimak merupakan keterampilan yang amat penting. Keadaan tersebut diatas menyebabkan keterampilan menyimak peserta didik masih sangat rendah. Untuk mengatasi permasalahan ini peneliti menggunakan “Teknik Structure Head Number sehingga diharapkan keterampilan menyimak peserta didik Kelas V SDN Uungan Kecamatan Awayan Kabupaten Balangan” dapat meningkat.

1.2  Fokus Penelitian
Penelitian ini meneliti tentang peningkatan kemampuan menyimak cerpen melalui Teknik Structure Head Number pada siswa Kelas V SDN uungan Kecamatan Awayan Kabupaten Balangan. Penelitian ini berfokus pada peningkatan kemampuan menyimak cerpen pada tahap pra menyimak, menyimak, dan tahap pasca menyimak. Siswa yang dijadikan subyek penelitian dibatasi Kelas V semester 1 Tahun Pelajaran 2012/2013 di SDN Uungan Kecamatan Awayan Kabupaten Balangan yang berjumlah 8 siswa, yang terdiri dari 4 laki-laki dan 4 perempuan. Fokus penelitian pada masing-masing tahap sebagai berikut:
1)      Pada tahap pra menyimak dengan Teknik Structure Head Number, tindakan penelitian difokuskan pada pembentukan kelompok, penentuan materi simakan, penjelasan oleh guru tentang kegiatan Teknik Structure Head Number pada tiap kelompok.
2)      Pada tahap menyimak, Teknik Structure Head Number tindakan penelitian ini difokuskan pada pembacaan materi simakan oleh guru kepada semua kelompom atau bisa dengan kaset CD dengan suara nyaring secara menarik dan hidup, pencatatan hasil simakan kelompok.
3)      Pada tahap pasca menyimak, Teknik structure Head Number, tindakan penelitian difokuskan pada penyajian hasil simakan kelompok dan antar kelompok, serta penilaian proses selama pembelajaran.

1.3  Rumusan Masalah
Secara umum rumusan masalah penelitian ini yaitu “Bagaimana peningkatan kemmapuan menyimak cerpen siswa kelas V SDN uungan Kecamatan Awayan Kabupaten Balangan melalui Teknik Structure Head Number ?”
Rumusan masalah secara umum tersebut dapat dijabarkan kedalam tiga rumusan masalah khusus sebagai berikut.
1)      Bagaimanakah peningkatan kemampuan menyimak cerpen siswa kelas V SDN uungan Kecamatan Awayan Kabupaten Balangan semester 1 Tahun Pelajaran 2012/2013 melalui Teknik Structure Head Number pada tahap pra menyimak?
2)      Bagaimanakah peningkatan kemampuan menyimak cerpen siswa kelas V SDN uungan Kecamatan Awayan Kabupaten Balangan semester 1 Tahun Pelajaran 2012/2013 melalui Teknik Structure Head Number pada tahap menyimak?
3)      Bagaimanakah peningkatan kemampuan menyimak cerpen siswa kelas V SDN uungan Kecamatan Awayan Kabupaten Balangan semester 1 Tahun Pelajaran 2012/2013 melalui Teknik Structure Head Number pada tahap pasca menyimak?

1.4  Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah ditentukan, tujuan umum penelitian ini adalah memperoleh deskripsi tentang peningkatan menyimak cerpen siswa kelas V SDN uungan Kecamatan Awayan Kabupaten Balangan melalui Teknik Structure Head Number.
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang tiga hal berikut:
1)      Mendiskripsikan peningkatan kemampuan menyimak cerpen siswa kelas V SDN uungan Kecamatan Awayan Kabupaten Balangan semester 1 Tahun Pelajaran 2012/2013 melalui Teknik Structure Head Number pada tahap pra menyimak.
2)      cerpen siswa kelas V SDN uungan Kecamatan Awayan Kabupaten Balangan semester 1 Tahun Pelajaran 2012/2013 melalui Teknik Structure Head Number pada tahap menyimak.
3)      cerpen siswa kelas V SDN uungan Kecamatan Awayan Kabupaten Balangan semester 1 Tahun Pelajaran 2012/2013 melalui Teknik Structure Head Number pada tahap pasca menyimak.

1.5  Manfaat Penelitian
Hasil yang diperoleh melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara praktis dan teoritis. Secara praktis diharapkan dapat bermanfaat bagi guru, siswa, dan penelitian selanjutnya. Manfaat bagi guru adalah memberikan masukan dan pertimbangan untuk memilih teknik Alternatif dalam pembelajaran menyimak sebagai upaya peningkatan kemampuan menyimak siswa. Bagi siswa, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman yang terarah dan menyenangkan dalam belajar menyimak. Penelitian ini juga dapat memberikan informasi bagi penelitian sejenis sebagai bahan bandingan dan pertimbangan dalam menentukan topic, focus, atau latar penelitian yang akan dilakukan.
Secara teoritis penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan khasanah konsepsi tentang pembelajaran menyimak bagi Sekolah Dasar dengan Teknik Structure Head Number.
1.6  Definisi Operasional
Untuk mempermudah memahami yang terdapat dalam penelitian disajikan beberapa penegasan sebagai berikut:
1)      Peningkatan adalah suatu proses, cara, atau perbuatan meningkatkan pembelajaran mendengar dan menyimak, yang memberikan pengalaman yang terarah dan menyenangkan dalam belajar menyimak.
2)      Menyimak adalah proses menangkap, memahami, menginterpretasikan, dan mengapresiasikan pesan, baik yang tersurat maupun tersirat, yang disampaikan secara lisan.
3)      Cerpen adalah cerita fiksi yang ruang lingkup permasalahannya menyuguhkan sebagian kecil saja dari kehidupan tokoh yang menarik perhatian pengarang, dan keseluruhan cerita member kesan tunggal yang mudah dipahami, sehingga sangat cocok untuk pembelajaran di SD

4)      Teknik Structure Head Number adalah suatu cara dalam proses pembelajaran menyimak yang mana siswa dikelompokkan dengan diberi nomor dan setiap nomor mendapat tugas berbeda. Misalnya: siswa nomor satu bertugas menentukan tema, nomor dua menjelaskan tokoh-tokoh, dan nomor tiga menjelaskan amanat, nomor empat menceritakan kembali cerpen.



BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Pada bab II ini diuraikan tentang (1) Hakikat Keterampilan Menyimak (2) Pembelajaran Menyimak (3) Hakikat Cerpen (4) Teknik Structure Head Number

2.1 Hakikat Keterampilan Menyimak
2.1.1 Pengertian Menyimak
      Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989:525) menyebutkan menyimak adalah mendengarkan (memperhatikan baik apa yang diucapkan atau dibacakan orang lain. Mendengarkan merupakan satu keterampilan awal dan dasar dari proses pembelajaran bahasa, maka pembelajaran mendengarkan perlu mendapat perhatian pembelajaran yang terarah.
      Logan (dalam Santoso,2008:6.31), menguraikan bahwa menyimak dapat dipandang sebagai suatu sarana, sebagai suatu keterampilan, sebagai seni, sebagai suatu proses, sebagai suatu respons atau sebagai suatu pengalaman kreatif.
Menyimak dikatakan sebagai suatu sarana sebab adanya kegiatan yang dilakukan seseorang pada waktu menyimak yang harus melalui tahap mendengar bunyi-bunyi yang telah dikenalnya. Kemudian secara bersamaan ia memaknai bunyi-bunyi itu. Dengan cara ini, ia mampu menginterpretasikan dan memahami makna rentetan bunyi-bunyi itu.
      Sebagai suatu keterampilan, menyimak bertujuan untuk berkomunikasi karena melibatkan keterampilan yang bersifat aural dan oral. Berdasarkan pandangan ini, harus dibedakan antara mendengar dan menyimak. Mendengar merupakan fase awal dari menyimak, yaitu fase mengenal bunyi, sedangkan menyimak merupakan fase kedua, yaitu fase pemaknaan symbol-simbol aural. Menyimak sebagai seni berarti kegiatan menyimak itu memerlukan adanya kedisiplinan, konsentrasi, partisipasi aktif, pemahaman, dan penilaian, seperti halnya orang mempelajari seni music, seni peran atau seni rupa. Sebagai suatu proses, menyimak berkaitan dengan proses keterampilan yang kompleks, yaitu keterampilan mendengarkan, memahami, menilai, dan merespons. Oleh sebab itu, menyimak harus diajarkan. Menyimak dikatakn sebagai respons, sebab respons merupakan unsure utama dalam menyimak. Penyimak dapat merespons dengan efektis jika ia memiliki panca indera yang cukup baik dan mempunyai kemampuan menginterpretasikan pesan yang terkandung dalam tuturan yang disimaknya. Menyimak sebagai pengalaman kreatif melibatkan pengalaman yang nikmat, menyenangkan dan memuaskan.
Iskandarwassid dan Sunendar (2008:227), menguraikan bahwa keterampilan menyimak adalah suatu bentuk keterampilan berbahasa yang bersifat resptif. Pada waktu proses pembelajaran, keterampilan ini jelas mendominasi aktivitas siswa dibandingkan dengan keterampilan lainnya termasuk keterampilan berbicara.
      Menyimak adalah sebuah sarana untuk memulai produksi bahasa lisan (atau berbicara), dimana yang dimaksud dengan berbicara disini adalah meniru teks-teks yang diajarkan secara lisan. Menyimak adalah terletak pada satu level yang sama dengan tiga kemampuan bahasa lainnya (berbicara, membaca, dan menulis) dan keempatnya saling berinteraksi satu sama lain. karenanya keempat kemampuan dianggap hatus diajarkan secara bersamaan, agar praktik pada kemampuan yang satu dapat menguatkan dan mengembangkan kemampuan yang lain (Rivers, dalam Ghazali, 2010:169).
      Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwamenyimak adalah mendengarkan (memperhatikan) baik apa yang diucapkan atau dibacakan orang lain, yang harus melalui tahap mendengark bunyi-bunyi yang dikenalnya. Kemudian secara bersamaan ia memaknai bunyi-bunyi itu. Dengan cara ini, ia mampu menginterpretasikan dan memahami makna rentetan bunyi-bunyi itu.

2.1.2 Tujuan Menyimak
      Menurut Kamijan, dkk (2003:7) tujuan menyimak antara lain; (1) menyimak untuk mendapatkan fakta; (2) menyimak untuk menganalisis data; (3) menyimak untuk mengevaluasi data; (4) menyimak untuk memperbaiki kemampuan berbicara.
      Pada hakikatnya menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan dan memahami informasi yang didengar. Jadi, kegiatan menyimak merupakan kegiatan yang disengaja dan direncanakan untuk, mencapai tujuan tertentu yang diharapkan dari penyimaknya. Tujuan orang menyimak sesuatu itu beraneka ragam, menurut Tarigan 92003:60) tujuan menyimak antara lain sebagai berikut.
1)      Ada orang yang menyimak dengan tujuan utama agar ia dapat memperoleh pengetahuan dari bahan ujaran sang pembicara; dengan kata lain, dia menyimak dengan belajar.
2)      Ada orang yang menyimak dengan penekanan pada penikmatan terhadap sesuatu dari materi yang diujarkan atau yang diperdengarkan atau dipagelarkan (terutama sekali dalam bidang seni); pendeknya dia menyimak untuk menikmati keindahan audial.
3)      Ada orang yang menyimak dengan maksud agar dia dapat menilai apa-apa yang dia simak (baik-buruk, jelek-indah, tepat-ngawur, logis-tidak logis, dan lain-lain); singkatnya, dia menyimak untuk mengevaluasi.
4)      Ada orang yang menyimak agar dia dapat menikmati serta menghargai apa-apa yang disimaknya itu (misalnya:pembacaan cerita, pembacaan puisi, music, dan lagu, dialog, diskusi panel, perdebatan); pendek kata orang itu menyimak untuk mengapresiasi materi simakan.
5)      Ada orang yang menyimak dengan maksud agar dia dapat mengkomunikasikan ide-ide, gagasan-gagasan, maupun perasaan-perasaannya kepada orang lain dengan lancer dan tepat. Banyak contoh dan ide yang dapat diperoleh dari sang pembicara dan semua ini merupakan bahan penting dan menunjangnya dalam mengkomunikasikan ide-idenya sendiri.
6)      Ada pula orang yang menyimak dengan maksud dan tujuan agar dia dapat membedakan bunyi-bunyi dengan tepat; mana bunyi yang membedakan arti (distringtif) mana bunyi yang tidak membedakan arti, biasanya ini terlihat nyata pada seseorang yang sedang belajar bahasa asing yang asyik mendengarkan ujaran pembicaraan asli (native speaker).
7)      Ada lagi orang yang menyimak dengan maksud agar dia dapat memecahkan masalah secara kreatif dan analitis.
8)      Selanjutnya ada lagi orang yang menyimak sang pembicara untuk meyakinkan dirinya terhadap suatu masalah atau pendapat yang selama ini dia ragukan, dengan kata lain, dia menyimak secara persuasive.
Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pada dasarnya tujuan menyimak adalah sebagai sarana, sebagai suatu keterampilan berkomunikasi, sebagai seni, sebagai suatu response, dan sebagai pengalaman kreatif.

2.1.3 Jenis Menyimak
            Tarigan (2003:37-59) menguraikan tentang pembagian jenis menyimak terdiri dari 2 jenis seperti berikut ini.
1)      Menyimak ekstensif
Adalah proses menyimak yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari seperti mendengarkan radio, televise, percakapan orang dipasar, khotbah di masjid, dll. Yang termasuk dalam menyimak jenis ini adalah: (menyimak social, menyimak sekunder atau kebetulan, menyimak estetik, dan menyimak pasif).

2)      Menyimak Intensif
Merupakan kegiatan menyimak yang dilakukan dengan sungguh-sungguh dan dengan tingkat konsentrasi yang tinggi untuk menangkap makna yang dikehendaki. Hal yang berkaitan dengan menyimak intensif ialah: (1) menyimak intensif pada dasarnya menyimak pemahaman, (2) menyimak intensif memerlukan tingkat konsentrasi pikiran dan perasaan yang tinggi, (3) menyimak intensif pada dasarnya memahami bahasa formal, (4) menyimak intensif memerlukan reproduksi materi yang disimak

2.1.4 Unsur-unsur Menyimak
            Unsur-unsur menyimak menurut Kamijan, dkk (2003:15) antara lain; (1) pembicara; (2) penyimak; (3) bahan yang disimakan; dan (4) bahasa lisan yang digunakan.
            Salah satu tujuan menyimak adalah menerima rangsang untuk memahami suatu pesan tertentu. Mendengar untuk tujuan memahami disebut menyimak kompeherensif. Menyimak kompeherensif perlu mendapatkan perhatian lebih khusus, dengan alasan bahwa menyimak pemahaman bersifat testable (dapat diuji). Melalui pengujian dapat diketahui seberapa besar efisiensi menyimak si pendengar.
            Menurut Tarigan (2008:105) menguraikan delapan factor yang dapat mempengaruhi kemampuan menyimak kompeherensif antara lain sebagai berikut: (1) fisik, (2) psikologis, (3) pengalaman, (4) sikap, (5) motivasi, (6) jenis kelamin, (7) lingkungan, dan (8) peranan dalam masyarakat.

2.2 Pembelajaran Menyimak
2.2.1 Pengertian Pembelajaran
            Pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu proses komunikasi transaksional yang bersifat timbale balik, baik antara guru dengan siswa, maupun antara siswa dengan siswa, untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Hernawan, dkk (2008:9.4).
            Menurut Undang-undang Pendidikan Nomor 20 Tahun 2003 dijelaskan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
            Menurut Mulyasa (2002:100) bahwa pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku kea rah yang lebih baik. Dalam interaksi tersebut banyak sekali faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal yang datang dari dalam diri individu, maupun faktor eksternal yang datang dari lingkungan. Dalam pembelajaran tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan sekolah atau eklas agar kondusif untuk menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi peserta didik.
            Pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbale balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbale balik antara guru dan siswa merupakan syarat utama bagi berlangsungnya pembelajaran. Interaksi dalam peristiwa pembelajaran memiliki arti yang sangat luas, tidak sekedar hubungan antara guru dan siswa, tetapi berupa interaksi edukatif. Dalam hal ini tidak hanya penyampaian pesan berupa materi pelajaran, melainkan penanaman sikap dan nilai pada diri siswa yang sedang belajar.
            Dari uraian diatas dapatlah dikatakan bahwa pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi antara siswa dengan lingkungannya yang difasilitasi oleh guru yang menyebabkan terjadi perubahan perilaku kea rah yang lebih baik. Sehingga dapat mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Adapun perubahan yang terjadi karena proses pembelajarn memiliki sifat antara lain: perubahan itu terjadi secara sadar, perubahan itu bersifat kontinyu, perubahan tersebut bersifat positif, dan perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah.
            Menurut Santosa (2008:6.32) tujuan utama pembelajaran menyimak adalah melatih siswa memahami bahasa lisan. Oleh karena itu, pemilihan bahan menyimak harus disesuaikan dengan karakteristik siswa SD.
            Sesuai Standar Isi (Sudibjo,2006: -) standart kompetensi keterampilan menyimak kelas V SD ialah siswa mampu mendengarkan dan memahami ragam wacana lisan melalui menjelaskan isi petunjuk, mendengarkan pengalaman teman, dan mendengarkan pengumuman serta membaca pantun. Selanjutnya perencanaan masing-masing hasil belajar tersebut dapat diukur melalui indicator-indikator berikut: (1) Mengikuti petunjuk denah untuk menemukan suatu tempat; (2) Mencatat isi petunjuk atau membuat sketsa petunjuk (yang didengarkan); (3) Menjelaskan kembali isi petunjuk (untuk mengecek kebenaran); (4) Mengajukan pertanyaan dengan cerita yang didengarkan; (5) Mengutarakan kembali isi cerita; (6) Menyampaikan cerita yang isinya mirip cerita lain; (7) Menuliskan isi cerita; (8) Mencatat pokok-pokok pengumuman; (9) Menuliskan isi pengumuman kedalam beberapa kalimat; dan (10) Menyampaikan isi pengumuman dengan  tepat kepada orang lain

2.2.2 Tujuan Pembelajaran Menyimak di SD
            Pembelajaran menyimak di sekolah dasar mempunyai tujuan, diantaranya: (1) kemampuan mendengar dan memahami, (2) kemampuan menyerap dan menanggapi, (3) kemampuan membedakan gagasan, pendapat, kritikan, dan perasaan, (4) kemampuan berkonsentrasi pada tuturan lisan, dan (5) kemampuan mengidentifikasi cerita, berita, petunjuk, pengumuman, dan perintah.

2.2.3 Prinsip-prinsip Pembelajaran Menyimak
            Kamijan, dkk (2003:24-33), mengutarakan prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran menyimak antara lain sebagai berikut.
1)      Mendengarkan merupakan kemampuan mengidentifikasi bunyi, kata frase, dan kalimat bahasa yang diajarkan dan kemampuan membedakan bunyi dengan bunyi lain, satu kata dengan kata lain.
2)      Mendengarkan merupakan kemampuan memahami pesan dan informasi yang disampaikan dengan meninggalkan hal-hal yang tidak relevan dan atau mubazir dalam pendengaran.
3)      Mendengarkan berarti menyeleksi mana yang penting dan mana yang tidak penting, dan yang paling utama ialah menyeleksi mana yang bermakna dan mana yang tidak bermakna.
4)      Mendengarkan berhubungan erat dengan mengingat dan memperhatikan ingatan.
5)      Mendengarkan memerlukan penahapan atau tahap-tahap sesuai dengan kemampuan mengidentifikasi, membedakan komponen-komponen kebahasaan yang bermakna dalam ujaran.

2.3 Hakikat Cerpen
2.3.1 Pengertian Cerpen
            Cerita pendek bukan ditentukan oleh halaman untuk mewujudkan cerita tersebut atau banyak sedikitnya tokoh yang terdapat didalam cerita itu, melainkan lebih disebabkan oleh ruang lingkup permaslahan yang ingin disampaikan oleh bentuk karya sastra tersebut. Jadi sebuah cerita yang pendek belum tentu dapat digolongkan ke dalam jenis cerita pendek, jika ruang lingkup dan permasalahan yang diungkapkan tidak memenuhi persyaratan yang dituntut oleh cerita pendek (Sutedjo dan Kasnadi,2008:157). Selanjutnya juga menambahkan bahwa “cerita pendek adalah wadah yang biasanya dipakai pengarang untuk menyuguhkan sebagian kecil saja dari kehidupan tokoh yang paling menarik perhatian pengarang”. Jadi sebuah cerita senantiasa memusatkan perhatiannya pada tokoh utama dan permaslahannya yang paling menonjol dan menjadi tokoh cerita pengarang, dan juga mempunyai efek tunggal, karakter, alur, dan latar yang terbatas.
            Dari pendapat tersebut peneliti dapat menyimpulkan bahwa cerita pendek adalah cerita fiksi yang bentuknya pendek dan ruang lingkup permasalahannya menyuguhkan sebagian kecil saja dari kehidupan tokoh yang menarik perhatian pengarang, dan keseluruhan cerita member kesan tunggal.

2.3.2 Unsur-unsur Pembangunan Cerpen
            Banyak teori yang dapat dipertimbangkan untuk dipergunakan dalam melakukan kajian dan apresiasi sebuah karya fiksi. Berturut-turut secara ringkas akan dibahas teori (1) structural dan (2) Struktursl genetik

2.3.2.1 Teori Struktural
Karya fiksi dapat diartikan sebagai sebuah susunan, penegasan, dan gambaran semua bahan dan bagian yang menjadi komponennya yang secara bersama membentuk kebulatan (totalitas yang indah) (Abrams, dalam Sutedjo&Kasnadi, 2008:154).
Strukturalisme dalam pandangan Hawkes pada dasarnya merupakan cara pandang dunia sastra yang menekankan pada susunan hubungan antar unsure. Pengembangan seni penafsiran structural berdasarkan pada kode-kode retorika, psikoanalitis, dan sosiokulturalnya. Sebuah penekanan kajian yang harus dipandang secara mandiri dan otonom. Rolands barthens dan Julia Kristewa (dalam Sutedjo & Kasnadi, 2008:156).
Strukturalisme sastra dalam pandangan Yoseph Yapi Taum (dalam Sutedjo & Kasnadi, 2008:156) dapat dipandang sebagai teori ilmiah karena terpenuhinya tiga cirri keilmiahannya: (1) sebagai aktifitas intelektual, teori strukturalisme sastra mengarah pada tujuan yang jelas yakni eksplisit tekstual; (2) sebagai metode ilmiah karena teori ini memiliki cara kerja teknis dan rangkaian langkah-langkah tertib untuk mencapai kesimpulan yang valid, yakni melalui pengkajian egosentrik; dan (3) sebagai pengetahuan, karena teori strukturalisme ini dapat dipelajari dan dipahami secara umum dan luas, serta dapat dibuktikan kebenaran cara kerjanya.
Karena menekankan pada prinsip objektivitasnya, teori strukturalisme memiliki bebrapa kelemahan: (1) Karya sastra diasingkan dari konteks dan fungsinya sehingga sastra kehilangan relevansi sosialnya, tercerabut dari sejarah dan terpisah dari msalah kemanusiaan, (2) karya sastra tidak dapat diteliti dalam rangka konvensi-konvensi kesustraan sehingga pemahaman kita mengenai genre sastra dan system sastra sangat terbatas. (Yoseph Yopi Taum, dalam Sutedjo & Kasnadi, 2008:157).
Sebuah kajian structural dapat ditempuh dengan cara melakukan identifikasi, pengkajian, dan pendeskripsian fungsi dan unsure intrinsic yang membangun sebuah karya fiksi. Hakikat dari kajian strukturalisme sastra adalah untuk memaparkan secermat mungkin fungsi dan keterkaitan antar komponen didalam karya fiksi itu. Sebaliknya, kajian fiksi tidak cukup hanya dilakukan hanya sekedar menandai dan mendata unsure intrinsiknya: setting, alur, tokoh, dan penokohan, dan seterusnya; tetapi yang terpenting adalah bagaimana pengkaji mampu menunjukan hubungan antar unsure itu ke dalam formulasi estetis yang bermakna dalam lingkaran totalitas fiksinya. Dick Hartoko dan B.Rahmanto (dalam Sutedjo & Kasnadi, 2008:156) mengungkapkan bahwa analis kajian structural itu hakikatnya merupakan kajian yang menyangkut unsure-unsur dalam mikroteks, keseluruhan wacana, dan relasi intertekstualitas.
Kajian struktur formal fiksi dalam kajian structural secara ringkas dapat dikemukakan sebagai berikut: (1) tema, (2) tokoh dan penokohan, (3) plot/alur cerita, (4) setting/pelataran, (5) sudut pandang/point of view, (6) style/gaya, dan (7) pesan/amant (Sutedjo & Kasnadi, 2008:180).

2.3.2.2 Teori Struktural Genetik
            Teori structural genetic dikembangkan oelh seorang sosiolog Perancis, Lucia Goldman yang mendasarkan teorinya pada teori sastra George Lukacs. Pandangan ini merujuk pada individu sebagai suatu makhluk yang bukan bebas, melainkan pendukung kelas-kelas social dalam masyarakatnya.
            Strukturalisme genetic beranggapan bahwa teks sastra dapat dianalis dari struktur internal maupun eksternalnya seperti lingkungan social ekonomi politik yang telah dihasilkannya. Analisis karya sastra harus dimulai dari struktur karya sastra itu (kesatuan dan koherensinya) sebagai data dasarnya.
            Cirri yang menandai keberadaan strukturalisme genetic adalah: (1) Adanya pandangan terhadap keutuhan dan totalitas strukturnya, (2) Strukturalisme genetic tidak menelaah pada struktur permukaannya tetapi struktur yang ada dibawah kenyataan empiris, (3) Analitis struktur yang dilakukan oleh kaum strukturalis menyangkut struktur yang sinkronis, dan bukan yang ada pada suatu sastra di suatu tempat, dan bukan pada perjalanan waktu, (4) Strukturalisme merupakan metode pendekatan yang anti kausal.

2.4 Teknik Structure Head Number (TSHN)
2.4.1 Pengertian Teknik Belajar Kooperatif
            Belajar kooperatif (cooperative learning) merupakan teknik pembelajaran yang dapat membantu guru untuk mengubah keragaman siswa menjadi satu kekuatan yang dapat mendukung dan menantang pemerolehan prestasi belajar siswa, terutama siswa di sekolah menengah. Akbar (1997:57) mengemukakan bahwa siswa akan terbiasa memecahkan berbagai masalah lewat kerja sama dengan sesama siswa yang lain sehingga memungkinkan tumbuhnya kebiasaan dalam memecahkan masalah bersama.
Sekalipun belajar kooperatif termasuk belajar kelompok, pada prinsipnya model belajar kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar kelompok biasa, seperti yang selama ini dipraktekan daalm pembelajaran disekolah. Ada unsur-unsur pembelajaran kooperatif yang membedakan dengan pembagian kelompok terletak pada prosesnya takni, belajarkooperatif menekankan pada kerjasama untuk mencapai hasil berasma, sedangkan belajar kelompok biasa lebih menekankan pada hasil eklompok.

2.4.2 Ciri-ciri Belajar Kooperatif
            Cirri ujtama dari belajar kooperatif adalah kerja sama yang intensif abtar siswa dalam kelompok mengemukakan bahwa ada lima cirri yang menandai dilaksanakan belajar kooperatif;
1)      Saling ketergantungan
2)      Interaksi langsung antar siswa
3)      Tanggung jawab individu untuk menguasai materi yang ditetapkan
4)      Keterampilan personal dalam kelompok kecil
5)      Evaluasi proses kelompok

2.4.3 Manfaat Teknik Belajar Kooperatif
            Menurut hasil penelitian, ada 12 manfaat digunakannya belajar kooperatif di dalam ruang kelas antara lain:
1)      Apabila belajar kooperatif dirancang dengan baik dapat meningkatkan prestasi belajar siswa disbanding bila siswa belajar secara individual
2)      Meningkatkan daya piker, memperdalam pengetahuan, dan melatih siswa berfikir secara kritis.
3)      Lebih cepat mengembangkan sifat positif terhadap mata pelajaran, sekolah dan belajar secara umum.
4)      Lebih mendahulukan tugas dan menghilangkan kebiasaan menganggu teman pada saaat pembelajaran berlangsung.
5)      Meningkatkan motivasi siswa untuk belajar.
6)      Mendorong siswa untuk sungguh-sungguh memperhatikan penjelasan guru dan mampu menghasilkan pemikiran yang baru dari sudut pandang yang berbeda.
7)      Meningkatkan kemampuan siswa dalam bekerja dan memecahkan masalah secara kolaboratif.
8)      Membantu siswa mengembangkan kepekaan social.
9)      Menghargai perbedaan gaya belajar teman.
10)  Meletakkan dasar untuk meningkatkan rasa percaya diri dan bersikap rendah hati dalam kegiatan belajar.
11)  Memberikan kelegaan psikologis, penyesuaian diri, dan kenyamanan selama pembelajaran berlangsung .
12)  Berperan meningkatkan keterampilan social dan hubungan antar pribadi.

2.4.4 Pengertian Teknik Structure Head Number (TSHN)
            Dalam teknik adalah kegiatan khusus yang dilakukan di kelas dengan mengacu pada metode tertentu dengan sendirinya sesuai dengan pendekatan yang telah dipilih dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan pembelajaran menyimak dengan Teknik Structure Head Number, Teknik Structure Head Number merupakan suatu cara dalam proses pembelajaran  menyimak yang mana siswa dikelompokkan dengan di beri nomor dan setiap nomor mendapat tugas berbeda-beda. Teknik Structure Head Number merupakan penjabaran yang lebih khusus dari teknik belajar kooperatif (cooperative learning)
            Teknik Structure Head Number memiliki beberapa keunggulan, antara lain sebagai berikut: (1) Praktis dan mudah dilaksanakan oleh setiap guru bahasa Indonesia di SD karena alat bantunya mudah diperoleh dan mudah diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar, (2) cukup efektif untuk menumbuhkembangkan kedisiplinan, minat, kerjasama, keaktifan, dan tanggung jawab siswa karena Teknik Structure Head Number menekankan kemampuan secara individu meskipun dilakukan secara berkelompok, (3) Cukup efektif untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam menanggapi pembacaan cerpen. Aspek kelancaran menyimak, kejelasan vocal, ketepatan intonasi, ketepatan pilihan kata, struktur kalimat, ketepatan menjelaskan karakteristik tokoh, kemampuan menjelaskan latar cerita, dan kemampuan menulis kembali cerpen yang didengar, dapat diterapkan dengan baik oleh siswa ketika menanggapi pembacaan cerpen (4) cukup efektif untuk menumbuhkan budaya kompetitif dikalangan siswa karena secara kejiwaan siswa memiliki motivasi yang tinggi untuk tampil sebaik-baiknya secara individual dan memiliki keterlibatan emosional untuk menjaga solidaritas kelompok ketika menyampaikan hasil kegiatan Teknik Structure Head Number, (5) kegiatan pembelajaran benar-benar berpusat pada siswa sehingga dapat menemukan jawaban sendiri (inkuiri) terhadap permasalahan yang dikegiatan Teknik Structure Head Number-kan. Guru hanya sebatas fasilitator yang membantu siswa dalam menumbuhkembangkan potensi dirinya.



2.4.5 Langkah-langkah Pembelajaran Teknik Structure Head Number
            Teknik Structure Head Number adalah suatu cara dalam proses pembelajaran menyimak yang mana siswa dikelompokkan dengan diberi nomor dan setiap nomor diberi tugas berbeda. Langkah-langkah pembelajaran melalui Teknik Structure Head Number.
1)      Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam kelompok mendapat nomor.
2)      Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomor tugas yang berangkai
3)      Jika perlu, guru menyuruh kerjasama antar kelompok. Siswa disuruh keluar dari kelompoknya dan bergabung dengan beberapa siswa yang bernomor sama adri kelompok lain. dalam kesempatan ini siswa dengan tugas yang sama bisa saling membantu atau mencocokan hasil kerjasama mereka.
4)      Laporkan hasil dan tanggapan dari kelompok lain.
5)      Kesimpulan/refleksi.

2.4.6 Keunggulan Teknik Structure Head Number
            Keunggulan Teknik Structure Head Number adalah sebagai berikut ini.
1)      Prakts dan mudah dilaksanakan oleh setiap guru bahasa Indonesia di SD karena alat bantunya mudah diperoleh dan mudah diterapkan dalam KBM.
2)      Cukup efektif untuk menumbuhkembangkan kedisiplinan, minat, kerjasama, keaktifan, dan tanggung jawab siswa karena Teknik Structure Head Number menekankan kemampuan siswa secara individual meskipun dilakukan secara berkelompok.
3)      Cukup efektif untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam menanggapi pembacaan cerpen.
4)      Cukup efektif untuk menumbuhkan budaya kompetitif di kalangan siswa karena secara kejiwaan siswa memiliki motivasi yang tinggi untuk tampil sebaik-baiknya secara individual dan memiliki keterlibatan emosional untuk menjaga solidaritas kelompok ketika menyampaikan hasil kegiatan Teknik Structure Head Number.
5)      Kegiatan pembelajaran benar-benar berpusat pada siswa sehingga dapat menemukan jawaban sendiri terhadap permasalahan yang dikegiatan Teknik Structure Head Number-kan. Guru hanya menjadi fasilitator yang membantu siswa menumbuhkan potensi dirinya.

2.4.7 Tinjauan Materi Bahasa Indonesia
1)      Standar Kompetensi: 5. Memahami cerita tentang suatu peristiwa dan cerita pendek anak yang disampaikan secara lisan.
2)      Kompetensi dasar: 5.2 Mengidentifikasi unsur cerita (tokoh, tema, latar, amanat)
3)      Indikator: Menjelaskan tokoh-tokoh cerita dan sifat-sifatnya, menentukan latar cerita dengan mengutip kalimat atau paragraph yang mendukung, menentukan tema cerita, menentukan amanat yang terkandung dalam cerita, menceritakan kembali isi cerita dengan bahasa sendiri.
4)      Materi Pokok: Cerita pendek anak.

2.4.8 Kerangka Pemikiran
1)      Karakteristik motivasi belajar,kalau seseorang memiliki motivasi kuat untuk mengerjakan sesuatu,orang itu diharapkan akan berhasil mencapai tujuan. Begitupun sebaliknya bila motivasi seseorang rendah maka orang itu akan kesulitan mencapai tujuan yang ingin dicapai.
2)      Karakteristik hasil belajar tidak lepas dari motivasi belajar karena hal ini sangat berkaitan,kemungkinan yang ada bila motivasi belajar tinggi maka hasil belajar diharapkan juga tinggi bila motivasi belajar rendah maka hasil belajar akan rendah.
3)       Karakteristik strategi pembelajaran Teknik Structure head Number (1) positive interpendence (2) face to face interaction among student (3) individual accountability (4) interpersonal and small group skill (5) evaluation
4)      Di duga strategi pembelajaran THSN ada hubungannya dengan motivasi dan hasil belajar
5)      Bagan kerangka pemikiran seperti pada gambar dibawah ini:





GAMBAR 2.1
Bagan Kerangka Pemikiran


Motivasi dan Hasil Belajar Meningkat

Hasil Belajar Rendah

Menggunakan Teknik Structure Head Number

Motivasi Belajar Rendah
 













2.4.9 Hipotesis Tindakan
Jika guru dalam proses pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia peserta didik kelas V SDN Uungan Kecamatan Awayan melalui Teknik Structure Head Number, maka motivasi dan hasil belajarnya dapat meningkat.



BAB III
METODE PENELITIAN

            Pada bab III ini diuraikan tentang: (1) rancangan penelitian, (2) setting dan subjek penelitian, (3) prosedur penelitian, (4) analitis data, (5) indicator keberhasilan penelitian, dan (6) instrument penelitian.

3.1 Rancangan Penelitian
            Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas merupakan suatu kajian yang bersifat reflektif yang dilakukan oleh pelaku tindakan untuk meningkatkan kemampuan rasional dari tindakan-tindakan sebelumnya, serta untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang terjadi dikelas. Menurut McNiff (dalam Asrori, 2007:4), penelitian tindakan kelas merupakan bentuk penelitian reflektif yang dilakukan oleh guru sendiri yang hasilnya dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk pengembangan dan perbaikan pembelajaran. Dengan PTK ini guru dapat meneliti sendiri terhadap praktik pembelajaran yang dilakukan di kelas agar pembelajarannya lebih berkualitas dan lebih efektif.
            Proses pelaksanaan penelitian tindakan ini merujuk pada pendapat Kemmis dan Taggart (dalam Wiriaatmaja, 2005:66-67) yang menjelaskan tahap-tahap penelitian yang dimulai dari: (1) menyusun perencanaan (plan), (2) melaksanakan tindakan (act), (3) pengamatan (observe), dan (4) refleksi (reflect). Dengan demikian penelitian tindakan merupakan suatu proses yang memiliki siklus yang bersifat piral, mulai dari perencanaan, melakukan tindakan, dan penemuan fakta-fakta untuk melakukan refleksi.

3.2 Setting dan Subjek Penelitian.
            Pada bagian ini disajikan dua uraian utama, yakni setting dan subjek penelitian.

3.2.1 Setting Penelitian
            Penelitian ini dilakukan di SDN Uungan Kecamatan Awayan kabupaten Balangan,seperti terlihat pada foto dibawah ini:










SDN Uungan merupakan SD yang berada dalam kota kecamatan tepatnya di Desa Baramban Kecamatan Awayan Kabupaten Balangan. Kegiatan belajar mengajar yang dijadikan latar penelitian adalah kelas V SDN Uungan semester 1 tahun pelajaran 2012/2013. Pemilihan SDN Uungan sebagai tempat penelitian didasarkan pertimbangan bahwa: (1) SD ini adalah tempat peneliti bertugas, (2) pembelajaran menyimak kurang mendapat perhatian khusus oleh siswa, (3) belum pernah ada penelitian tentang menyimak di SDN Uungan, dan (4) hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang berharga bagi peningkatan pembelajaran menyimak di SDN Uungan .
            Penelitian tindakan kelas ini direncanakan melalui beberapa tahap yang berlangsung dalam bentuk siklus sesuai dengan model yang dikembangkan berdasarkan desain Kemmis dan Taggart (dalam Wiriaatmaja, 2005:66-67) yang menjelaskan tahap penelitian tindakan kelas dimulai dari perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan (actuating), pengamatan (observating), dan refleksi (reflection).
            Model ini pada hakikatnya berupa untaian-untaiandengan satu perangkat terdiri dari empat komponen, yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi (Depdikbud, 1994:21). Empat kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang dilaksanakan dalam satu siklus. Apabila siklus pertama sudah dilanjutkan pada siklus berikutnya, namun apabila pada siklus pertama belum menunjukkan peningkatan yang signifikan akan dilanjutkan pada siklus kedua dan seterusnya.
Sesuai dengan jenis penelitisn yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian dari Kemmis dan Taggart (dalam Wiriaatmaja, 2005:66), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan (actuating), pengamatan (observating), dan refleksi (reflection). Langkah pada siklu yang berupa identifikasi permasalahan. Siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan. Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar berikut.

 GAMBAR 3.1
Siklus Spiral

Siklus I                  Siklus II                                    Siklus III

 Plan                                Revised Plan                              Revised Plan

Reflect              Act                      Reflect        Act                      Reflect     Act
                                                                                    
           Observe                                   Observe                                 Observe

Kemmis dan Taggart (dalam Wiriaatmaja, 2005:66),
Keterangan :
1)      Plan (perencanaan tindakan): akan membantu siswa dengan penerapan TSHN dalam pembelajaran menyimak.
2)      Act (pelaksanaan tindakan): pelaksanaan perepana TSHN dalam pembelajaran menyimak untuk membantu siswa dalam menyimak cerpen.
3)      Observe (observasi): mengamati proses pelaksanaan pembelajaran menyimak dengan menerapkan TSHN untuk membantu siswa dalam menyimak cerpen.
4)      Reflect (analisis dan refleksi): mengidentifikasi kelemahan dan keunggulan penerapan TSHN dalam pembelajaran menyimak yang telah dilakukan pada siklus 1, 2, dan 3.
3.2.2 Subjek Penelitian
            Subjek penelitian adalah siswa kelas V SDN Uungan Kecamatan Awayan Kabupaten Balangan. Seluruh siswa berjumlah 4 siswa dilibatkan dalam tindakan kelas oleh Karen penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang mengikuti alur pembelajaran yang sesungguhnya. Pengembangan pemilihan siswa kelas V sebagai subjek penelitian, oleh karena siswa kelas V mengalami permasalahan dalam kemampuan menyimak.

3.3 Prosedur Penelitian
            Pada bagian ini akan dijelaskan tentang langkah-langkah penelitian tindakan kelas yang dilalui, yang meliputi langkah-langkah persiapan dan pelaksanaan.

3.3.1 Persiapan Penelitian
            Kegiatan penelitian dimulai dari pengamatan awal terhadap latar penelitian yang meliputi guru, dan kegiatan belajar menyimak. Selanjutnya diadakan analisis terhadap hasil pengamatan awal. Penelitian memperoleh temuan bahwa menyimak di kelas V SDN Uungan belum dilaksanakan secara efektif dan kurang menarik bagi siswa. Pengamatan awal dilaksanakan sebelum peneliti mengamati kegiatan pembelajaran di kelas, terlebih dahulu diadakan pertemuan dengan kepala sekolah dan guru kelas V SDN Uungan untuk meminta persetujuan diadakan penelitian di sekolah tersebut.
            Dari observasi dan wawancara pada kegiatan pengamatan awal menunjukkan bahwa pembelajaran menyimak belum dilaksanakan secara optimal. Pembelajaran menyimak diberi ceramah dan menghafal, maka dipastikan siswa menemui kendala dalam melakukan belajar.

3.3.2 Pelaksanaan Penelitian
            Pada bagian ini disajikan uraian tentang tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi, dan tahap refleksi.

3.3.2.1 Tahap Perencanaan
            Setelah mengadakan pengamatan awal, disusun rencana tindakan berupa peningkatan kemampuan menyimak melalui Teknik Structure Head Number siswa kelas V SDN Uungan Kecamatan Awayan Kabupaten Balangan. Perencanaan tindakan ini meliputi kegiatan: (1) merancang kegiatan pembelajaran, (2) menyusun dan mempersiapkan instrument penelitian, (3) menetapkandan menyusun jadwal pelaksanaan tindakan peningkatan kemampuan menyimak melalui Teknik Structure Head Number.

3.3.2.2 Tahap Pelaksanaan
            Tahap ini merupakan realisasi dari tahap perencanaan tindakan. Pada tahap ini guru melaksanakan pembelajaran di kelas V SDN Uungan Kecamatan Awayan Kabupaten Balangan berdasarkan perencanaan tindakan pembelajaran masing-masing siklus.

3.3.2.3 Tahap Observasi
            Kegiatan observasi dilakukan selama pelaksanaan tindakan pembelajaran di dalam kelas berlangsung. Dalam kegiatan ini semua indicator berusaha dikenali dan didokumentasikan dengan menggunakan pedoman observasi. Observasi yang dilakukan siklus pertama dapat mempengaruhi penyusunan pada siklus selanjutnya. Hasil pengamatan ini kemudian juga menjadi bahan refleksi untuk perencanaan siklus berikutnya.

3.3.2.4 Tahap Refleksi
            Refleksi diadakan peneliti setiap akhir satu siklus dengan kegiatan: (1) menganalisis tindakan yang baru dilakukan, (2) membahas kesesuaian tindakan dengan perencanaan yang telah dilaksanakan, (3) menemukan pemecahan masalah apabila terdapat kendala dalam pelaksanaan kegiatan, dan  (4) melakukan pemaknaan dan penyimpulan data yang diperoleh. Hasil refleksi merupakan masukan untuk menentukan perlu tindakan perbaikan atau tidak perlu tindakan pada siklus berikutnya karena hasil refleksi keberhasilan sudah signifikan.

3.4 Analisis Data
            Analisis data dalam penelitian ini dilakukan selama dan sesudah penelitian tindakan dilakukan, yakni mulai dari tahap persiapan, pelaksanaan sampai dengan pengevaluasian. Data yang diperoleh dari tiap teknik dan instrument pengumpulan data saling melengkapi satu dengan yang lainnya. Keseluruhan data yang diperoleh merupaka hasil observasi, refleksi, catatan lapangan, wawancara, dan penugasan. Data tersebut dapat dikelompookkan menjadi data proses dan data produk.
Data proses diperoleh melalui kegiatan observasi. Kegiatan observasi berupa catatan-catatan yang merupakan permasalahan yang dihadapi siswa. Data proses dikumpulkan mulai dari tahap persiapan. Data proses pada tahap persiapan berupa aktivitas siswa dalam mencari teman kelompok, dan siswa melakukan kegiatan Teknik Structure Head Number. Dta proses pada tahap pelaksanaan berupa aktivitas siswa dalam menulis kembali cerita yang dibacakan guru dengan kalimat sendiri. Data proses pada tahap pengevaluasian berupa aktivitas siswa dalam mengevaluasi hasil kegiatan dan menyimpulkan kegiatan yang telah dilaksanakan.
            Untuk menganalisis tingkat validitas data dalam penelitian ini digunakan prosedur pengecekan keabsahan penelitian melalui triangulasi teman sejawat ini dilakukan sebagai upaya agar proses pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang menerapkan Teknik Structure Head Number ini benar-benar telah sesuai dengan apa yang telah direncanakan sejak awal. Hasil yang diperoleh memiliki nilai keakuratan dan kebenaran yang memadai untuk dapat dipertanggungjawabkan.

3.5 Indikator Keberhasilan Penelitian
            Indikator keberhasilan masing-masing siklus adalah sebagai berikut: (1) jika prosentase ketuntatasan belajar telah mencapai diatas 70%, (2) hasil rata-rata dari pengamatan terhadap aktivitas siswa telah emnunjukan kualifikasi baik, dan (3) jika rata-rata hasil pengamatan terhadap aktifitas guru juga menunjukan kualifikasi baik.
            Hasil refleksi yang diperoleh akan digunakan sebagai dasar dalam menentukan keberhasilan tindakan. Dengan catatan jika masih diperlukan tindakan maka hasil refleksi digunakan untuk menyusun rencana tindakan untuk siklus berikutnya. Namun jikatujuan pembelajaran sudah tercapai secara signifikan maka hasil refleksi hanya akan digunakan untuk memberikan rekomendasi bahwa penelitian tersebut telah dianggap cukup dan tidak perlu tindakan berikutnya.

3.6 Instrumen Penelitian
            Instrument penelitian digunakan untuk menjaring data dalam proses pembelajaran. Peneliti akan lebih mudah mengamati aktivitas guru dan aktivitas siswa. Aktivitas yang dijaring dalam observasi ini berupa interaksi guru terhadapsiswa, siswa terhadap temannya, dan siswa terhadap bahan pembelajaran.
            Instrument yang dipersiapkan dan digunakan untuk memperlancar penelitian adalah: (1) lembar observasi kegiatan siswa, (2) lembar observasi kegiatan guru, (3) lembar refleksi, dan (4) lembar evaluasi. Masing-masing instrument juga disediakan rubrik penilaian.
TABEL 4.2
Daftar Nilai Siswa













No
Nama
Tahap Pramenyimak
Tahap Menyimak
Tahap Pascamenyimak
Nilai
A1
B1
C1
rata-rata
A2
B2
C2
rata-rata
A3
B3
C3
rata-rata




























































































Rubrik Penilaian
Kode
Aspek
Skor
Indikator
A1
Perhatian
86-100
Jika memperhatikan penjelasan guru dengan serius


71-85
Jika memperhatikan penjelasan guru kurang serius


55-70
Jika memperhatikan penjelasan guru tidak serius
B1
Kesiapan
86-100
Jika memperhatikan penjelasan guru dengan serius


71-85
Jika memperhatikan penjelasan guru kurang serius


55-70
Jika memperhatikan penjelasan guru tidak serius
C1
Antusias
86-100
Jika memperhatikan penjelasan guru dengan serius


71-85
Jika memperhatikan penjelasan guru kurang serius


55-70
Jika memperhatikan penjelasan guru tidak serius




A2
Perhatian
86-100
Jika memperhatikan penjelasan guru dengan serius


71-85
Jika memperhatikan penjelasan guru kurang serius


55-70
Jika memperhatikan penjelasan guru tidak serius
B2
Kesiapan
86-100
Jika memperhatikan penjelasan guru dengan serius


71-85
Jika memperhatikan penjelasan guru kurang serius


55-70
Jika memperhatikan penjelasan guru tidak serius
C2
Antusias
86-100
Jika memperhatikan penjelasan guru dengan serius


71-85
Jika memperhatikan penjelasan guru kurang serius


55-70
Jika memperhatikan penjelasan guru tidak serius




A3
Perhatian
86-100
Jika memperhatikan penjelasan guru dengan serius


71-85
Jika memperhatikan penjelasan guru kurang serius


55-70
Jika memperhatikan penjelasan guru tidak serius
B3
Kesiapan
86-100
Jika memperhatikan penjelasan guru dengan serius


71-85
Jika memperhatikan penjelasan guru kurang serius


55-70
Jika memperhatikan penjelasan guru tidak serius
C3
Antusias
86-100
Jika memperhatikan penjelasan guru dengan serius


71-85
Jika memperhatikan penjelasan guru kurang serius


55-70
Jika memperhatikan penjelasan guru tidak serius


3.7 Jadwal Penelitian
NO
Kegiatan
Agustus
September
Oktober
Minggu ke..
Minggu ke..
Minggu ke..
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
Penyusunan Proposal


























2
Tahap Pendahuluan


























3
Tahap Tindakan













Siklus I













a. Rencana tindakan













b.Pelaksanaan tindakan













c.Observasi













d.Refleksi


























4
Penyusunan draft laporan


























5
Penyusunan laporan


























6
Mengesahkan laporan













kepada kepala sekolah


















Tidak ada komentar:

Posting Komentar